Jatengvox.com – Meskipun gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah resmi berlaku, tantangan besar masih menghantui upaya kemanusiaan di Jalur Gaza.
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melaporkan kesulitan menyalurkan bantuan ke wilayah utara Gaza karena rusaknya infrastruktur dan penutupan jalur utama menuju kawasan tersebut.
Menurut laporan terbaru, rata-rata hanya sekitar 560 ton makanan yang berhasil masuk ke Gaza setiap hari sejak gencatan senjata dimulai. Jumlah itu masih jauh dari cukup untuk memenuhi kebutuhan jutaan warga yang terdampak konflik panjang.
Program Pangan Dunia (WFP) menyebut kondisi paling parah terjadi di Kota Gaza. Infrastruktur yang hancur total membuat ribuan keluarga hidup tanpa tempat tinggal layak dan mengalami kekurangan pangan akut. Banyak warga kini mengandalkan bantuan kemanusiaan semata untuk bertahan hidup.
Kepala Urusan Kemanusiaan PBB, Tom Fletcher, mengungkapkan bahwa ribuan kendaraan bantuan perlu dikirim setiap minggu agar krisis tidak semakin memburuk.
Ia mengunjungi Gaza pada Jumat (17/10/2025) untuk meninjau langsung kondisi lapangan dan memberikan dukungan kepada para pekerja kemanusiaan.
Dalam pernyataannya, Fletcher menegaskan bahwa tim PBB sedang menjalankan rencana 60 hari guna mempercepat distribusi bantuan penyelamatan nyawa.
Ia menekankan pentingnya memanfaatkan momentum perdamaian yang tercipta dari kesepakatan politik baru untuk memperluas akses kemanusiaan.
Namun, hambatan fisik tetap menjadi persoalan utama. Dua jalur penting di utara, Zikim dan Erez, masih ditutup oleh otoritas Israel, membuat distribusi ke wilayah yang paling membutuhkan menjadi hampir mustahil dilakukan.
Juru bicara WFP, Abeer Etefa, menjelaskan bahwa volume bantuan yang berhasil masuk masih jauh di bawah kebutuhan riil warga Gaza.
Meski demikian, WFP terus berupaya meningkatkan kapasitas distribusi dan memperluas jangkauan ke daerah-daerah paling terdampak.
Ia menekankan pentingnya pembukaan akses ke wilayah utara, di mana banyak warga kini menghadapi ancaman kelaparan ekstrem. “Tanpa jalur distribusi yang terbuka, upaya kemanusiaan tidak akan efektif,” ujarnya.
Organisasi medis internasional Medecins Sans Frontieres (MSF) juga menyoroti kondisi rumah sakit di utara Gaza yang nyaris tidak berfungsi.
Tenaga medis terbatas, fasilitas rusak, dan pasokan obat yang menipis membuat ribuan warga kesulitan mendapatkan perawatan dasar.
Sementara itu, wilayah selatan dan tengah Gaza masih menjadi titik utama masuknya bantuan. Data PBB mencatat sekitar 950 truk bantuan berhasil menembus perbatasan Kerem Shalom dan Kissufim pada Kamis (16/10/2025). Sehari sebelumnya, sebanyak 715 truk juga telah masuk, termasuk 16 truk berisi bahan bakar dan gas.
Kendati demikian, sebagian besar distribusi tersebut belum mampu menjangkau area utara, tempat situasi kemanusiaan paling kritis.
Banyak konvoi harus berhenti di tengah jalan karena jalan-jalan yang rusak parah atau terhalang reruntuhan.
Editor : Hendra