Subsidi Energi Membengkak, Menkeu Purbaya Dorong Pertamina Segera Bangun Kilang Baru

Rabu, 1 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jatengvox.com – Persoalan subsidi energi kembali menjadi sorotan utama pemerintah. Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, menilai beban subsidi yang terus meningkat setiap tahun sebagian besar disebabkan oleh ketergantungan Indonesia terhadap impor bahan bakar minyak (BBM).

Dalam rapat kerja bersama Komisi XI DPR RI, Purbaya mengungkapkan bahwa impor BBM, khususnya jenis solar, masih sangat tinggi.

Menurutnya, sebagian besar pasokan bahkan berasal dari Singapura. Kondisi ini berlangsung selama puluhan tahun tanpa adanya terobosan signifikan dalam kemandirian energi.

“Sudah puluhan tahun kita mengalami hal tersebut. Tidak pernah dibangun kilang baru,” ujar Purbaya di Gedung Parlemen, Jakarta.

Baca juga:  FKBI Dukung Kebijakan ESDM Kendalikan Impor BBM demi Stabilitas Nasional

Ia menegaskan, janji Pertamina yang pernah berkomitmen membangun tujuh kilang baru sejak 2018 hingga kini belum terealisasi.

Padahal, keberadaan kilang dalam negeri sangat krusial untuk mengurangi ketergantungan impor.

Purbaya mengingatkan bahwa tingginya impor berbanding lurus dengan beban subsidi energi yang kian melonjak.

Anggaran negara pun harus menanggung puluhan miliar dolar setiap tahun hanya untuk menutup kebutuhan subsidi tersebut.

Oleh karena itu, ia meminta DPR RI ikut mengawasi kinerja Pertamina dalam menjalankan rencana pembangunan kilang.

“Jadi, bapak tolong kontrol mereka juga. Jadi saya kontrol,” tegasnya.

Baca juga:  Polemik Keputusan KPU Soal Dokumen Capres-Cawapres, DPR Minta Transparansi

Sementara itu, anggota Komisi XI DPR RI, Primus Yustisio, menilai beban subsidi energi memang menjadi komponen terbesar dalam APBN.

Politikus PAN tersebut menekankan perlunya solusi alternatif agar masalah ini tidak terus berulang.

“Komposisi yang paling besar dari semua ini adalah energi. Khususnya energi listrik,” kata Primus.

Ia juga menyoroti harga solar Shell di Indonesia yang masih jauh lebih mahal dibandingkan negara lain.

Menurutnya, pemerintah perlu memberikan insentif bagi pengembangan teknologi energi alternatif agar lebih terjangkau oleh masyarakat.

“Solar Shell itu sudah ada di negara-negara lain. Tapi ironisnya, di negara kita dijualnya mahal,” ungkapnya.

Baca juga:  Nafa Urbach Dikritik Gara-Gara Ilustrasi AI, Publik Sebut Pelit Bayar Seniman

Editor : Murni A

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow WhatsApp Channel jatengvox.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Menag Ajak Negara MABIMS Bangun Sinergi Keilmuan untuk Peradaban Islam Modern
KBRI Paris Luncurkan Katalog Koleksi Indonesia di Museum Prancis, Perkuat Diplomasi Budaya
Kemensos Salurkan BPNT Tahap 4 Oktober–Desember 2025, Begini Cara Cek Penerima Bantuan
CITA Minta Pemerintah Waspadai Dampak Penurunan PPN terhadap Defisit Fiska
KUR Mandiri 2025 Resmi Diluncurkan, UMKM Kini Lebih Mudah Dapat Modal Usaha
Tunggakan BPJS Kesehatan Tembus Rp10 Triliun, Pemerintah Siapkan Skema Ini untuk Peserta Tak Mampu
OJK Tantang Lembaga Keuangan Bersaing dengan Rentenir, Dorong Akses Pembiayaan yang Cepat dan Terjangkau
Mahasiswa KKN UIN Walisongo dan SD Negeri 2 Merbuh Gelar Lomba Hari Santri Nasional 2025

Berita Terkait

Minggu, 19 Oktober 2025 - 16:58 WIB

Menag Ajak Negara MABIMS Bangun Sinergi Keilmuan untuk Peradaban Islam Modern

Minggu, 19 Oktober 2025 - 15:21 WIB

KBRI Paris Luncurkan Katalog Koleksi Indonesia di Museum Prancis, Perkuat Diplomasi Budaya

Minggu, 19 Oktober 2025 - 12:35 WIB

Kemensos Salurkan BPNT Tahap 4 Oktober–Desember 2025, Begini Cara Cek Penerima Bantuan

Minggu, 19 Oktober 2025 - 10:58 WIB

CITA Minta Pemerintah Waspadai Dampak Penurunan PPN terhadap Defisit Fiska

Minggu, 19 Oktober 2025 - 09:58 WIB

KUR Mandiri 2025 Resmi Diluncurkan, UMKM Kini Lebih Mudah Dapat Modal Usaha

Berita Terbaru