Jatengvox.com – Desa Gondoriyo, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, menjadi pusat kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) Kelompok 34 yang fokus pada pengembangan Taman Tanaman Obat Keluarga (TOGA).
Kegiatan ini dilaksanakan sebagai upaya meningkatkan kesadaran dan pemanfaatan tanaman obat tradisional bagi kesehatan masyarakat setempat.
Kegiatan yang berlangsung selama beberapa minggu ini melibatkan partisipasi aktif warga Desa Gondoriyo bersama para mahasiswa KKN dalam berbagai tahapan, mulai dari penyuluhan, penanaman, hingga perawatan tanaman obat.
Berbagai jenis tanaman seperti jahe, kunyit, temulawak, kumis kucing, kencur, binahong, betadine, daun mint, dan sambiloto turut ditanam.
Tidak hanya sebatas tanaman obat-obatan, masyarakat bersama mahasiswa KKN juga menanam beberapa tumbuhan yang dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan dapur sehari-hari, seperti tomat, jeruk purut, daun salam, serai, dan cabai.
Kehadiran tanaman tersebut diharapkan mampu memenuhi kebutuhan bumbu masakan keluarga sekaligus memberikan nilai tambah bagi masyarakat karena lebih hemat dan sehat dengan memanfaatkan hasil tanaman sendiri.
TOGA ini ditanam di lahan yang telah disediakan oleh pemerintah desa. Selain itu, mahasiswa juga memberikan edukasi mengenai manfaat setiap tanaman obat serta cara penggunaannya yang benar agar dapat membantu mengatasi berbagai keluhan kesehatan ringan secara alami di lingkungan keluarga.
Menariknya, taman TOGA Desa Gondoriyo ini juga dilengkapi dengan papan nama berbasis barcode (QR Code) pada setiap jenis tanaman.
Inovasi ini bertujuan mempermudah masyarakat maupun pengunjung dalam mengenali nama tanaman serta manfaatnya.
Dengan hanya memindai barcode melalui ponsel, pengunjung dapat langsung memperoleh informasi lengkap mengenai fungsi, cara pengolahan, hingga khasiat dari setiap tanaman yang ada.
Adanya papan nama digital ini menjadikan taman TOGA tidak hanya sebagai lahan budidaya tanaman obat, tetapi juga sebagai media edukasi modern yang informatif, interaktif, dan mudah diakses oleh siapa saja.
Ketua Kelompok KKN Tematik 34 menyampaikan bahwa program taman TOGA tidak hanya difokuskan pada kesehatan, tetapi juga pemberdayaan masyarakat.
“Kami berharap taman TOGA ini tidak hanya menjadi sarana menanam tanaman obat, melainkan juga pusat edukasi, penelitian sederhana, dan pemberdayaan masyarakat. Dengan adanya taman ini, warga dapat memperoleh manfaat ganda, baik dari sisi kesehatan maupun peluang ekonomi,” ujarnya.
Senada dengan hal tersebut, Kepala Desa Gondoriyo mengapresiasi inisiatif mahasiswa KKN UPGRIS yang dinilai sejalan dengan program desa dalam meningkatkan kualitas hidup masyarakat.
Ia menegaskan bahwa keberadaan taman TOGA akan dikelola secara berkelanjutan melalui kelompok masyarakat yang dibentuk khusus untuk merawat dan mengembangkan taman tersebut.
“Kami berharap taman TOGA ini dapat menjadi contoh nyata bahwa kerja sama antara mahasiswa dan masyarakat mampu menghadirkan manfaat jangka panjang,” ungkapnya.
Selain penanaman tanaman obat, kegiatan KKN juga meliputi pelatihan pengolahan tanaman menjadi produk herbal yang mudah digunakan, seperti jamu tradisional.
Pelatihan ini diharapkan dapat membuka peluang ekonomi baru bagi warga desa melalui pengembangan produk berbasis tanaman obat.
Kegiatan pengembangan taman TOGA ini menunjukkan kontribusi nyata mahasiswa UPGRIS dalam mendukung program pemerintah desa untuk meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan masyarakat dengan pendekatan yang sederhana namun efektif.
Melalui sinergi antara akademisi dan masyarakat, diharapkan Desa Gondoriyo dapat menjadi model pengembangan taman TOGA yang sukses dan berkelanjutan di wilayah Kabupaten Semarang.
Lebih dari itu, taman TOGA juga direncanakan menjadi pusat edukasi dan praktik langsung bagi generasi muda, khususnya pelajar di Desa Gondoriyo.
Dengan adanya taman ini, anak-anak sekolah dapat belajar mengenali berbagai jenis tanaman obat sekaligus memahami manfaatnya bagi kesehatan.
Hal ini penting untuk menumbuhkan kesadaran sejak dini bahwa menjaga kesehatan tidak hanya bergantung pada obat modern, tetapi juga bisa dilakukan dengan memanfaatkan tanaman alami di sekitar.
Ke depan, taman TOGA Desa Gondoriyo diharapkan tidak hanya menjadi sarana menjaga kesehatan keluarga, tetapi juga berkembang menjadi destinasi edukatif yang bisa menarik perhatian masyarakat luas.
Dengan pengelolaan yang berkelanjutan, taman ini berpotensi menjadi ikon desa yang menggabungkan aspek kesehatan, pendidikan, dan ekonomi dalam satu wadah pemberdayaan masyarakat.
Editor : Murni A