Jatengvox.com – Upaya pemulihan bagi anak penyintas banjir dan longsor di Kota Padang terus dilakukan berbagai pihak.
Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) menjadi salah satu lembaga yang turun langsung memberikan dukungan psikososial bagi anak-anak di lokasi pengungsian pada Sabtu (6/12/2025).
Langkah ini ditujukan untuk membantu mereka kembali stabil secara emosi dan menjaga semangat belajar yang sempat terhenti akibat bencana.
Kegiatan dilaksanakan di SDN 02 Cupak Tangah, sekolah yang sejak bencana melanda berubah fungsi menjadi salah satu pos pengungsian utama.
Di lokasi ini, tercatat 171 anak dan 481 keluarga terdampak mengungsi, dengan total populasi mencapai 1.973 jiwa.
Ruang-ruang kelas kini tidak lagi berisi meja belajar, melainkan alas tidur dan perlengkapan darurat milik pengungsi.
Selain anak-anak, kelompok rentan seperti lansia, balita, ibu hamil, hingga penyandang disabilitas juga berada di lokasi yang sama.
Sebanyak 71 lansia, 36 balita, 6 ibu hamil, dan 1 penyandang disabilitas menempati ruang kelas sebagai hunian sementara.
Kondisi ini membuat kebutuhan dukungan psikososial semakin mendesak.
Tim fasilitator Kemenkomdigi menggunakan pendekatan bermain untuk kembali menghadirkan keceriaan di tengah situasi sulit.
Anak-anak diajak mengikuti aktivitas kreatif yang ringan namun bermanfaat, mulai dari permainan kelompok hingga edukasi literasi digital sederhana.
Orang tua memantau dari area tenda, memberikan rasa aman tanpa mengganggu ruang pemulihan anak.
Program serupa juga berlangsung di tiga titik pengungsian lain di Kota Padang. Kehadiran pendampingan psikososial menjadi angin segar bagi para penyintas, mengingat kondisi di Kecamatan Pauh dan wilayah lain masih jauh dari pulih setelah banjir serta longsor merusak permukiman warga.
Pemulihan di Sumatra Barat tidak hanya mengandalkan satu pihak. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) kembali menegaskan pentingnya model kolaborasi pentaheliks—sinergi pemerintah, akademisi, dunia usaha, masyarakat, dan media massa—dalam memperkuat respons bencana.
Setiap unsur memiliki kontribusi khas. Pemerintah menyiapkan regulasi dan sumber daya, akademisi memberikan kajian dan rekomendasi, dunia usaha berperan melalui bantuan logistik dan pendanaan, masyarakat menghadirkan relawan, sementara media membantu memastikan informasi tetap akurat dan menjangkau publik.
Di lapangan, berbagai bentuk dukungan terus berdatangan: mulai dari pangan, perlengkapan non-pangan, donasi, hingga tenaga profesional dan relawan dari luar daerah. Kolaborasi ini memperlihatkan bahwa pemulihan bukan sekadar tugas formal negara, tetapi juga wujud solidaritas nasional ketika bencana melanda.
Editor : Murni A













