Jatengvox.com – Sebagai bagian dari kegiatan KKN Tematik Universitas PGRI Semarang (UPGRIS) tahun 2025, para mahasiswa melaksanakan program sosialisasi “Batas Sentuhan Tubuh” di SDN 1 Ngempon, Kecamatan Bergas, Kabupaten Semarang, pada Rabu, 8 September 2025.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan kepada anak-anak sekolah dasar tentang pentingnya menjaga batas tubuh pribadi serta memahami perbedaan antara sentuhan yang baik dan yang tidak pantas.
Dalam kegiatan yang diikuti oleh puluhan siswa kelas bawah dan atas tersebut, mahasiswa KKN UPGRIS menjelaskan konsep dasar mengenai bagian tubuh yang bersifat pribadi dan tidak boleh disentuh oleh orang lain.
Melalui media gambar berwarna dan lagu edukatif, mereka memperkenalkan istilah safe touch dan unsafe touch agar anak-anak dapat memahami perbedaan secara sederhana.
“Anak-anak perlu tahu bahwa tubuh mereka berharga dan harus dilindungi. Kami ingin mereka punya keberanian untuk menolak sentuhan yang membuat tidak nyaman,” ujar salah satu mahasiswa KKN UPGRIS yang menjadi pemateri kegiatan tersebut.
Selain ceramah ringan, kegiatan diselingi simulasi interaktif. Para siswa diajak menirukan situasi yang menggambarkan bagaimana cara berkata “tidak”, menjauh dari orang asing, dan segera melapor kepada guru atau orang tua jika terjadi tindakan yang tidak pantas.
Sosialisasi ini menjadi bagian dari upaya mahasiswa untuk menumbuhkan rasa percaya diri dan kesadaran diri pada anak-anak agar tidak mudah menjadi korban kekerasan atau pelecehan.
Materi dirancang menyesuaikan usia siswa sekolah dasar, dengan penggunaan bahasa yang lembut, visual menarik, dan aktivitas bermain peran untuk menjaga suasana belajar tetap menyenangkan.
Salah satu anggota tim KKN menjelaskan bahwa kegiatan ini tidak hanya menekankan teori, tetapi juga pembentukan sikap.
“Kami berharap anak-anak bisa berani berkata tidak ketika merasa tidak nyaman, dan tahu kepada siapa mereka harus meminta bantuan,” ujarnya.
Anak-anak terlihat antusias selama kegiatan berlangsung. Mereka menjawab pertanyaan, tertawa saat bermain simulasi, dan mulai mengenali bahwa tidak semua sentuhan berarti kasih sayang.
Guru pendamping SDN 1 Ngempon menyampaikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan ini. Ia menganggap sosialisasi ini relevan dengan kondisi anak-anak masa kini yang semakin terekspos terhadap lingkungan luar, termasuk media digital.
“Materi seperti ini sangat penting untuk diberikan sejak dini. Anak-anak jadi lebih sadar bahwa mereka punya hak untuk melindungi tubuhnya sendiri,” ujar salah satu guru yang turut mendampingi kegiatan.
Pihak sekolah juga berharap kegiatan seperti ini dapat dilakukan secara berkelanjutan agar pesan mengenai perlindungan diri dan batas tubuh dapat semakin melekat di benak siswa.
Program ini merupakan bagian dari kerja sama antara mahasiswa KKN UPGRIS dan pihak sekolah dalam mewujudkan lingkungan pendidikan yang aman, sehat, dan bebas kekerasan.
Melalui pendekatan berbasis komunitas, mahasiswa tidak hanya menjadi fasilitator edukasi, tetapi juga agen perubahan sosial yang menanamkan nilai-nilai perlindungan diri dan empati terhadap sesama.
Kegiatan ditutup dengan refleksi bersama, di mana anak-anak diminta menyebutkan pelajaran yang mereka dapatkan hari itu.
Beberapa siswa menjawab dengan polos namun penuh makna, seperti “kalau tidak nyaman, harus bilang tidak” dan “hanya dokter dan orang tua yang boleh menyentuh untuk membantu.”
Melalui kegiatan sosialisasi “Batas Sentuhan Tubuh” ini, mahasiswa UPGRIS menunjukkan bahwa pendidikan perlindungan anak tidak harus rumit atau menakutkan.
Dengan metode yang kreatif dan komunikatif, pesan moral yang disampaikan dapat diterima dengan baik oleh anak-anak.
Kegiatan di SDN 1 Ngempon melengkapi serangkaian program serupa di SDN 2 Ngempon, di mana mahasiswa KKN UPGRIS mengajarkan nilai-nilai kesehatan, kebersihan, dan keselamatan diri.
Kedua kegiatan ini menegaskan komitmen UPGRIS dalam mencetak mahasiswa yang peduli, tanggap, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Penulis : Agastya Rajasya Putra Mahyawi
Editor : Murni A