Jatengvox.com – Bursa Efek Indonesia (BEI) Jawa Tengah II mencatat pertumbuhan transaksi yang cukup signifikan dalam beberapa bulan terakhir.
Rata-rata nilai transaksi saham yang sebelumnya berada di kisaran Rp3 triliun, kini meningkat menjadi sekitar Rp5 triliun per bulan.
Kepala BEI Jateng II, Muhammad Wira Adibrata, mengungkapkan hal tersebut dalam Workshop Wartawan Daerah tentang Produk Non Saham yang digelar di Tawangmangu, Karanganyar, Kamis (2/10/2025).
Ia menilai peningkatan ini menjadi sinyal positif bagi perkembangan pasar modal di wilayah Jawa Tengah bagian selatan, terutama Solo Raya dan sekitarnya.
“Kenaikan ini tak lepas dari sinergi berbagai pihak, termasuk dukungan media yang konsisten memberikan pemberitaan positif terkait pasar modal,” ujar Wira.
Menurut Wira, peningkatan aktivitas transaksi tidak bisa dilepaskan dari meningkatnya literasi keuangan dan kesadaran investasi masyarakat.
Masyarakat kini mulai memahami bahwa investasi bukan lagi hal eksklusif, melainkan bagian dari pengelolaan keuangan yang sehat.
Data BEI Jateng II mencatat, penambahan investor baru juga mengalami lonjakan. Jika sebelumnya hanya bertambah sekitar 2.500–3.000 investor per bulan, kini jumlahnya mencapai sekitar 5.000 investor baru setiap bulan.
Dengan demikian, total investor atau Single Investor Identification (SID) di wilayah Jateng II kini mencapai 310.716.
Sebagian besar investor di Solo Raya masih memilih saham sebagai instrumen utama, meskipun BEI terus mendorong diversifikasi investasi melalui produk non-saham seperti obligasi, Exchange-Traded Fund (ETF), hingga instrumen berbasis karbon.
Sementara itu, Direktur Pengembangan BEI, Jefri Hendrik, menyebutkan bahwa secara nasional aktivitas perdagangan saham juga menunjukkan pertumbuhan signifikan.
Hingga awal Agustus 2025, kapitalisasi pasar BEI telah menembus Rp13.400 triliun, menempatkan Indonesia dalam jajaran 20 bursa saham terbesar di dunia.
Dari sisi aktivitas perdagangan harian, nilai transaksi di BEI mencapai Rp13,4 triliun, menjadikan Indonesia sebagai bursa ke-11 terbesar secara global dari sisi volume transaksi.
“Produk-produk investasi yang kami kembangkan ditujukan agar seluruh segmen masyarakat dapat mengakses pasar modal, mulai dari investasi Rp100 ribu hingga investor besar,” terang Jefri.
BEI juga terus berinovasi dalam mengembangkan berbagai instrumen baru di luar saham. Beberapa di antaranya adalah indeks tematik, ETF, waran terstruktur, pasar karbon, hingga instrumen repo dan liquidity provider.
Menurut Jefri, kolaborasi dengan berbagai pihak — mulai dari lembaga pendidikan, media, hingga komunitas investor — menjadi kunci dalam memperluas akses dan pemahaman publik terhadap pasar modal.
“Pasar modal Indonesia tidak hanya tumbuh dari sisi nilai, tetapi juga dari sisi inklusi. Kami ingin setiap masyarakat, dari pelajar hingga profesional, punya kesempatan yang sama untuk belajar dan berinvestasi,” tambahnya
Editor : Murni A













