Jatengvox.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) meminta masyarakat Indonesia untuk meningkatkan kewaspadaan menjelang puncak musim hujan 2025-2026.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, menyebut sebanyak 306 Zona Musim (ZOM) akan terdampak hujan lebat mulai November 2025 hingga Februari 2026.
“Kita sedang memasuki periode transisi menuju puncak musim hujan,” ujar Dwikorita di Jakarta, Senin (3/11/2025).
Ia menekankan pentingnya kesiapsiagaan menghadapi cuaca ekstrem seperti hujan lebat disertai angin kencang dan petir.
BMKG memperkirakan beberapa daerah berpeluang mengalami curah hujan tinggi hingga sangat tinggi, melebihi 150 milimeter per dasarian.
Wilayah yang diprediksi terdampak antara lain Banten, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Kalimantan, Sulawesi Selatan, hingga Papua Tengah.
Meski curah hujan meningkat, beberapa daerah tetap berpotensi mengalami suhu maksimum harian mencapai 37 derajat Celsius.
Ketidakstabilan atmosfer ini meningkatkan kemungkinan munculnya cuaca ekstrem secara tiba-tiba.
BMKG juga menjelaskan sejumlah tanda yang menjadi indikator datangnya puncak musim hujan:
1. Angin Baratan Khas Monsun Asia
Aliran angin baratan dari Asia menjadi penanda utama musim hujan. Perbedaan suhu antara daratan dan lautan memicu aliran uap air dari Pasifik ke Indonesia setiap Oktober–April.
2. Kelembapan Udara Tinggi
Peningkatan massa udara basah dan penguapan laut yang tinggi membentuk awan tebal, yang kemudian menurunkan curah hujan lebat.
3. Frekuensi Hujan Meningkat di Pegunungan
Daerah pegunungan yang menghadap angin lembap kerap mengalami curah hujan lebih tinggi, fenomena ini dikenal sebagai “windward side effect”.
4. Terbentuknya Awan Hujan
Kombinasi udara lembap, panas, dan angin kencang memicu pembentukan awan hujan yang menjadi tanda awal musim hujan di berbagai wilayah.
BMKG menekankan pentingnya koordinasi antara pemerintah daerah, lembaga terkait, dan masyarakat untuk menghadapi puncak musim hujan.
Langkah mitigasi dini, seperti memperhatikan drainase lingkungan, menyiapkan peralatan darurat, dan memantau informasi cuaca secara berkala, dapat mengurangi risiko dampak hujan lebat.
Editor : Hendra













