Jatengvox.com – Peran ekonomi kreatif (ekraf) semakin nyata dalam perekonomian nasional. Pada semester pertama tahun 2025, kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) mencapai 5,69 persen.
Angka ini bukan sekadar statistik, melainkan cerminan dari semakin kuatnya fondasi industri kreatif di Indonesia.
Kementerian Ekonomi Kreatif (Kemenekraf) mencatat, sepanjang enam bulan pertama tahun ini, penyerapan investasi di sektor ekraf menembus Rp90,12 triliun, disertai peningkatan daya saing di berbagai subsektor unggulan.
Dari fesyen hingga kuliner, hingga konten digital, kreativitas lokal terbukti mampu bersaing di pasar global.
Sekretaris Kemenekraf Dessy Ruhati menjelaskan bahwa salah satu kunci keberhasilan ini adalah perluasan program ke daerah-daerah.
Tak hanya berpusat di kota besar, kini berbagai inisiatif ekraf juga menjangkau pelosok nusantara.
“Kami mengubah pendekatan dari sekadar koordinasi menjadi kolaborasi, dan dari sekadar program menjadi perubahan,” ujar Dessy dalam keterangannya, Kamis (30/10/2025).
Ia menegaskan bahwa pendekatan ini terbukti memperkuat kemandirian masyarakat, membuka lapangan kerja, dan menambah sumber devisa baru bagi Indonesia.
“Mari kita terus bergerak, berdampak, dan berdaya bersama,” tambahnya.
Dari sisi tenaga kerja, sektor ekraf telah menyerap 26,47 juta orang—angka yang terus meningkat seiring berkembangnya subsektor digital, desain, dan kriya.
Sementara itu, nilai ekspor produk kreatif juga mencapai USD12,89 miliar, menunjukkan daya saing produk lokal yang semakin kuat di kancah internasional.
Menurut Dessy, pertumbuhan ini tidak lepas dari dorongan inovasi dan kreativitas yang terus dikembangkan Kemenekraf.
“Kami mendukung penguatan inovasi agar ekonomi kreatif benar-benar menjadi mesin baru pertumbuhan ekonomi nasional,” ujarnya.
Kemenekraf juga berkomitmen untuk mendukung Asta Cita poin ketiga, yakni mengembangkan industri kreatif sebagai bagian dari strategi besar pemerintah dalam memperkuat ekonomi berbasis inovasi.
Upaya memperluas jangkauan ekonomi kreatif dilakukan melalui kolaborasi antara Kemenekraf dan Kementerian Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Kemenko PM).
Menko PM Muhaimin Iskandar menilai sinergi ini menjadi bentuk nyata paradigma baru pembangunan nasional.
“Pemberdayaan bukan sekadar slogan, tapi tanggung jawab negara untuk menghadirkan masyarakat yang produktif dan berdaya,” tegas Muhaimin.
Ia menambahkan, pembangunan berbasis ekonomi kreatif merupakan cara efektif untuk menumbuhkan kemandirian, terutama di daerah.
Dengan begitu, masyarakat tidak hanya menjadi penerima manfaat, tetapi juga pelaku utama dalam roda ekonomi.
Editor : Murni A













