Jatengvox.com – Perkembangan media digital membuat pola dakwah juga ikut berubah. Hal inilah yang ditekankan Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen, saat membuka pelatihan sinematografi bagi santri di Masjid Agung Jawa Tengah, Senin (8/9/2025).
Menurutnya, dakwah visual santri menjadi kebutuhan mendesak agar pesan keagamaan bisa lebih mudah dipahami dan tidak monoton.
“Santri harus belajar memvisualisasikan dakwah agar lebih mudah dan tidak membosankan,” ucap Gus Yasin, sapaan akrabnya.
Ia menambahkan, media dakwah tidak boleh terpaku pada cara-cara lama, karena masyarakat kini semakin terbiasa mengonsumsi konten dalam bentuk video dan visual.
Di hadapan peserta, Gus Yasin menekankan pentingnya penguasaan media digital, baik melalui TikTok, Instagram, maupun platform lain.
“Media sekarang tidak ada sekat dan terus bertumbuh. Maka harus disertai ilmu, akhlak, serta adab,” imbuhnya.
Baginya, keberadaan santri di dunia digital justru bisa menjadi filter positif yang memberi pencerahan lewat konten kreatif.
Pelatihan yang digelar oleh Baznas Jawa Tengah ini rupanya sudah berjalan hingga dua angkatan.
Wakil Ketua Lesbumi NU Jateng, Abdullah Ibnu Thalhah, menyampaikan bahwa minat peserta terus meningkat.
“Angkatan pertama ada 100 peserta, angkatan kedua 125 peserta,” jelasnya. Bahkan, ada peserta dari gelombang pertama yang ikut kembali untuk menambah pengalaman.
Ketua Baznas Jateng, Ahmad Darodji, menilai bahwa dunia sinematografi bisa menjadi senjata ampuh dalam berdakwah.
Menurutnya, dakwah lewat ucapan saja tidak selalu efektif, karena masyarakat cenderung lebih cepat memahami pesan dalam bentuk visual.
“Ucapan dan kata-kata saja tidak selalu efektif, harus diimbangi dengan visual. Kita ingin disiplin, kali ini kita akan mencetak sineas yang bagus dan kreatif,” ujarnya.
Lebih jauh, Darodji menyebut Baznas Jateng selama ini konsisten memberikan berbagai pelatihan bagi masyarakat.
Hingga kini tercatat 23 jenis pelatihan telah digelar dengan total 13.879 orang penerima manfaat. Ia menegaskan, pelatihan sinematografi untuk para santri merupakan bagian dari upaya memperkuat SDM pesantren.
Antusiasme juga terlihat dari para peserta. Vicky, santriwati Pondok Pesantren Amtsilati Jepara, mengaku mengikuti pelatihan karena dorongan dari pihak pesantren.
“Harapannya, ketika kembali ke pesantren kami bisa mengamalkan ilmu ini. Media pesantren bisa lebih maju, sistematis, dan teratur,” katanya.
Hal serupa diungkapkan Ahmad, santri Pondok Pesantren Karang Santri, Temanggung. Baginya, kesempatan ini menjadi ajang untuk mendalami ilmu baru yang bisa langsung dipraktikkan.
“Setelah ikut pelatihan ini saya jadi lebih paham sinematografi, meski sedikit demi sedikit. Semoga bermanfaat, apalagi saya sering bertugas dokumentasi di pesantren,” tuturnya.
Editor : Murni A