Dari Pabrik ke Ramuan Tradisional: Bu Jumiyatun Rawat Warisan Jamu Selama Dua Dekade

Minggu, 3 Agustus 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jatengvox.com – Pringsari, Sabtu (2/8/2025). Hidup Bu Jumiyatun berubah setelah pabrik tempatnya bekerja ditutup. Namun, perempuan yang akrab disapa Bu Tun itu tidak putus asa.

Ia justru menemukan jalan baru lewat usaha jamu tradisional yang kini sudah ia tekuni selama 20 tahun. Sejak pukul 03.00 dini hari, Bu Tun sudah memulai aktivitas.

Bersama tiga orang yang membantunya, ia mencuci, menyangrai, menjemur, hingga menumbuk rempah untuk meracik jamu.

Jenis jamu yang ia hasilkan beragam: kunir asem, temu lawak, lempuyang, cabe kuyang, wejahan, beras kencur, hingga jamu pahitan seperti brotowali, mahoni, sambiroto, dan temuireng.

Baca juga:  KBRI Paris Luncurkan Katalog Koleksi Indonesia di Museum Prancis, Perkuat Diplomasi Budaya

Bu Tun hanya menjual jamu tradisional saja tanpa jamu sachet. Modal harian yang dikeluarkan berkisar Rp50.000–Rp150.000.

Namun, menurutnya biaya bisa melonjak jika bahan baku sulit diperoleh. Bu Tun biasanya memulai memasarkan jamunya pukul 06.00 pagi dengan target utama pekerja pabrik.

Baginya, menjual jamu bukan sekadar mencari penghasilan, melainkan menjaga warisan budaya.

“Buat saya, berjualan jamu itu bukan hanya pekerjaan. Ini sudah jadi bagian dari hidup,” ujarnya.

Pada akhirnya Bu Tun mengucapkan sebuah harapan untuk khalayak umum, khususnya warga sekitar.

Baca juga:  Menag Dorong Pesantren Kembangkan Kecerdasan Kontemplasi untuk Cetak Santri Tangguh

“Harapan saya, orang-orang lebih sehat dengan cara memilih bahan-bahan herbal untuk dikonsumsi, Selain alami, jamu itu mempunyai banyak khasiat. Bukan hanya untuk hidup lebih sehat, melainkan juga agar warisan leluhur tidak hilang,” ucap beliau.

Harapan tersebut agar masyarakat lebih sehat dengan menerapkan pola hidup yang lebih sehat, seperti memilih bahan yang akan dikonsumsi.

Ia menilai jamu tidak hanya alami, tetapi juga kaya manfaat bagi kesehatan sekaligus menjadi warisan budaya yang perlu dilestarikan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow WhatsApp Channel jatengvox.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Dampingi Anak Terdampak Banjir, Kemenkomdigi Perluas Layanan Psikososial di Kota Padang
DPR RI Desak Pemerintah Perkuat Respons Bencana di Sumatra, Keselamatan Warga Harus Jadi Prioritas
Menag Nasaruddin Umar Ajak Umat Beragama Gerakkan Kesadaran Merawat Alam
Banjir Ganggu Sekolah di Beberapa Daerah, Kemendikdasmen Pastikan Belajar Tetap Berjalan
Kemendikdasmen Soroti Pentingnya Dongeng sebagai Ruang Kreativitas Anak
Ribuan Warga Padati MAJT, Taj Yasin Ajak Doakan Korban Bencana dalam Jateng Bersholawat
SIT Robbani Kendal Gelar Aksi Donasi untuk Korban Banjir Sumatra, Libatkan Siswa dan Guru
Ruang Bersama Indonesia Diluncurkan di Rawa Buaya, Dorong Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak

Berita Terkait

Minggu, 7 Desember 2025 - 12:34 WIB

Dampingi Anak Terdampak Banjir, Kemenkomdigi Perluas Layanan Psikososial di Kota Padang

Minggu, 7 Desember 2025 - 09:34 WIB

DPR RI Desak Pemerintah Perkuat Respons Bencana di Sumatra, Keselamatan Warga Harus Jadi Prioritas

Minggu, 7 Desember 2025 - 06:42 WIB

Menag Nasaruddin Umar Ajak Umat Beragama Gerakkan Kesadaran Merawat Alam

Sabtu, 6 Desember 2025 - 16:14 WIB

Banjir Ganggu Sekolah di Beberapa Daerah, Kemendikdasmen Pastikan Belajar Tetap Berjalan

Sabtu, 6 Desember 2025 - 14:01 WIB

Kemendikdasmen Soroti Pentingnya Dongeng sebagai Ruang Kreativitas Anak

Berita Terbaru