Jatengvox.com – Menteri Kebudayaan (Menbud) Fadli Zon kembali mengangkat perdebatan lama soal asal-usul manusia modern. Ia menegaskan bahwa teori “Out of Nusantara”, yang menyebut Nusantara sebagai salah satu pusat awal persebaran manusia, memiliki dasar ilmiah yang layak dipertimbangkan.
Menurut Fadli, teori tersebut bertumpu pada hipotesis migrasi multiregional (multiregional migration), yakni pandangan bahwa manusia modern tidak hanya berevolusi di satu wilayah, melainkan di beberapa daerah secara paralel.
“Teori ini sudah di-challenge dengan hipotesis multiregional migration. Jadi, tidak selalu manusia berasal dari Afrika lalu menyebar ke Asia dan Eropa, bisa juga sebaliknya,” ujar Fadli saat ditemui di Istana Kepresidenan, Jakarta Pusat, Rabu (5/11/2025).
Fadli menyebut sejumlah temuan arkeologis di Indonesia menjadi bukti penting bagi teori “Out of Nusantara”. Salah satunya adalah lukisan purba di Maros, Sulawesi Selatan, yang diperkirakan berumur lebih dari 51 ribu tahun, menjadikannya salah satu lukisan tertua di dunia.
Selain itu, kompleks Gua Sangkulirang di Kalimantan Timur juga memiliki sekitar 2.500 gambar cadas purba, sementara Gua Harimau di Sumatra Selatan dan Gua Lida Ajer di Sumatra Barat memperlihatkan jejak hunian manusia purba berusia antara 22 ribu hingga 60 ribu tahun.
“Dalam beberapa gua ditemukan juga banyak gambar perahu. Itu menunjukkan nenek moyang kita sudah mengenal navigasi laut dan kemungkinan besar melakukan migrasi lewat jalur maritim,” jelas Fadli.
Ia menambahkan, temuan-temuan tersebut menunjukkan bahwa Nusantara bukan sekadar wilayah yang dilewati migrasi manusia, melainkan mungkin menjadi pusat evolusi dan persebaran Homo sapiens awal.
Namun, pandangan Fadli Zon ini mendapat tanggapan kritis dari kalangan akademisi. Arkeolog senior dari Pusat Penelitian Arkeologi Nasional (Puslit Arkenas), Prof. Harry Truman Simanjuntak, menyebut teori “Out of Nusantara” tidak memiliki dasar ilmiah yang kuat.
“Manusia modern Nusantara itu datang dari luar. Tidak ada proses evolusi manusia yang tumbuh di Nusantara sendiri. Evolusi itu berasal dari Afrika,” tegas Harry Truman.
Ia menjelaskan bahwa fosil Homo erectus yang ditemukan di wilayah seperti Trinil, Sangiran, Ngandong, hingga Bumiayu, memiliki usia lebih muda dibandingkan Homo erectus dari Afrika. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia bukan tempat asal Homo sapiens, melainkan hanya salah satu wilayah yang pernah mereka huni.
“Homo erectus di Indonesia tidak menurunkan Homo sapiens seperti kita sekarang. Mereka punah tanpa meninggalkan garis keturunan langsung,” ujarnya.
Perdebatan mengenai asal-usul manusia modern bukan hal baru dalam dunia arkeologi. Teori “Out of Africa” selama ini menjadi konsensus utama di kalangan ilmuwan, dengan bukti genetik dan fosil yang mendukung bahwa Homo sapiens muncul pertama kali di Afrika sekitar 300 ribu tahun lalu, sebelum menyebar ke seluruh dunia.
Meski begitu, Fadli Zon menilai penting bagi ilmuwan Indonesia untuk terus meneliti kemungkinan kontribusi besar Nusantara dalam perjalanan evolusi manusia. “Kita jangan hanya terpaku pada teori yang sudah mapan. Indonesia punya banyak situs arkeologi yang masih menyimpan misteri,” katanya.
Editor : Murni A













