Belajar dari Negara Maju, Guru Besar UGM Soroti Masalah Implementasi Program Makan Bergizi Gratis

Sabtu, 4 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jatengvox.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang telah berjalan selama hampir sepuluh bulan seharusnya menjadi langkah besar dalam memperbaiki kualitas gizi anak-anak Indonesia.

Sayangnya, alih-alih membawa hasil positif, program ini justru menimbulkan berbagai masalah di lapangan.

Mulai dari menu yang tidak variatif dan kurang memenuhi standar gizi, hingga kasus keracunan massal yang menyebabkan sejumlah siswa jatuh sakit—bahkan ada yang meninggal dunia akibat makanan basi.

Kondisi ini tentu menimbulkan pertanyaan besar, apakah gagasan mulia pemerintah telah salah dalam penerapannya?

Guru Besar Departemen Manajemen FEB UGM, Prof. Dr. R. Agus Sartono, M.B.A., menilai bahwa secara konsep, program Makan Bergizi Gratis merupakan langkah yang sangat positif.

Menurutnya, negara-negara maju sudah lama menerapkan program serupa untuk memperkuat kualitas gizi sekaligus membentuk karakter anak sejak dini.

Baca juga:  Gus Yasin Dorong Dakwah Visual Santri Lewat Sinematografi, Pesan Agama Lebih Mudah Diterima Masyarakat

“Program ini sebenarnya bagus dan punya banyak manfaat. Anak bisa tumbuh dengan asupan gizi cukup, belajar disiplin saat mengantri, hingga memahami pentingnya tidak membuang makanan,” ujarnya, pada Jumat, 3 Oktober 2025.

Agus menambahkan, program ini juga berpotensi menciptakan multiplier effect ekonomi, membuka lapangan kerja baru, dan memperkuat kohesi sosial antar anak.

Namun, masalah besar muncul pada mekanisme distribusi dan pengawasan. Ide besarnya baik, tapi cara pelaksanaannya yang tidak efisien membuat hasilnya jauh dari harapan.

Agus memaparkan bahwa sasaran program MBG mencakup lebih dari 55 juta siswa di seluruh Indonesia—terdiri dari SD/MI, SMP/MTs, SMA/SMK/MA, hingga SLB dan pendidikan nonformal.

Baca juga:  Mahasiswa KKN UPGRIS Kelompok 20 Ikuti Kegiatan Pasar Kuliner Minggu Pon di Embung Sebligo Lerep

Dengan anggaran sebesar Rp15 ribu per siswa per hari, dibutuhkan dana sekitar Rp247,95 triliun.

Jumlah tersebut bahkan jauh lebih besar dari anggaran Dana Desa 2025 yang hanya mencapai Rp71 triliun.

Jika ditambah dengan dana pendidikan yang ditransfer ke daerah senilai Rp347 triliun, total ada lebih dari Rp665 triliun dana publik yang berputar di daerah.

“Angka itu sangat besar dan semestinya bisa menjadi penggerak ekonomi. Tapi kalau mekanisme penyalurannya bermasalah, ya hasilnya seperti yang kita lihat sekarang,” tegas Agus.

Menurut Agus, pemerintah seharusnya tidak perlu memulai dari nol. Banyak program sebelumnya seperti Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Kartu Indonesia Pintar (KIP), dan Program Keluarga Harapan (PKH) yang sudah memiliki sistem dan basis data penerima manfaat yang jelas.

Baca juga:  Kemenag Gelar MHQ Internasional Pertama Khusus Disabilitas Netra di Jakarta, Peserta Datang dari 12 Negara

“Kenapa tidak menggunakan mekanisme yang sudah ada? UU No. 23 Tahun 2014 sudah memberi kewenangan ke daerah. Kabupaten/kota mengelola SD dan SMP, provinsi mengelola SMA/SMK. Kalau diserahkan ke daerah, pengawasan dan koordinasi pasti lebih mudah,” jelasnya.

Agus mencontohkan praktik baik di negara maju yang menyalurkan makanan bergizi melalui kantin sekolah. Sistem ini membuat makanan disiapkan langsung di sekolah sehingga tetap segar dan higienis.

Selain itu, sekolah bersama komite juga bisa ikut mengawasi kualitas dan distribusi makanan.

“Skalanya kecil tapi lebih terkontrol. Kalau dilakukan lewat kantin sekolah, risiko makanan basi bisa dihindari,” ujarnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow WhatsApp Channel jatengvox.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Menag Ajak Negara MABIMS Bangun Sinergi Keilmuan untuk Peradaban Islam Modern
KBRI Paris Luncurkan Katalog Koleksi Indonesia di Museum Prancis, Perkuat Diplomasi Budaya
Kemensos Salurkan BPNT Tahap 4 Oktober–Desember 2025, Begini Cara Cek Penerima Bantuan
CITA Minta Pemerintah Waspadai Dampak Penurunan PPN terhadap Defisit Fiska
KUR Mandiri 2025 Resmi Diluncurkan, UMKM Kini Lebih Mudah Dapat Modal Usaha
Tunggakan BPJS Kesehatan Tembus Rp10 Triliun, Pemerintah Siapkan Skema Ini untuk Peserta Tak Mampu
OJK Tantang Lembaga Keuangan Bersaing dengan Rentenir, Dorong Akses Pembiayaan yang Cepat dan Terjangkau
Mahasiswa KKN UIN Walisongo dan SD Negeri 2 Merbuh Gelar Lomba Hari Santri Nasional 2025

Berita Terkait

Minggu, 19 Oktober 2025 - 16:58 WIB

Menag Ajak Negara MABIMS Bangun Sinergi Keilmuan untuk Peradaban Islam Modern

Minggu, 19 Oktober 2025 - 15:21 WIB

KBRI Paris Luncurkan Katalog Koleksi Indonesia di Museum Prancis, Perkuat Diplomasi Budaya

Minggu, 19 Oktober 2025 - 12:35 WIB

Kemensos Salurkan BPNT Tahap 4 Oktober–Desember 2025, Begini Cara Cek Penerima Bantuan

Minggu, 19 Oktober 2025 - 10:58 WIB

CITA Minta Pemerintah Waspadai Dampak Penurunan PPN terhadap Defisit Fiska

Minggu, 19 Oktober 2025 - 09:58 WIB

KUR Mandiri 2025 Resmi Diluncurkan, UMKM Kini Lebih Mudah Dapat Modal Usaha

Berita Terbaru