Jatengvox.com – Di tengah meningkatnya dominasi penggunaan gawai di kalangan pelajar, Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah, Atip Latipulhayat, mengingatkan pentingnya mengembalikan budaya interaksi langsung antarsiswa.
Menurutnya, waktu yang dihabiskan anak-anak untuk menatap layar kini semakin besar, dan secara perlahan menggerus kemampuan mereka bersosialisasi.
Berbicara dalam talkshow peluncuran gerakan Rukun Sama Teman di Jakarta, Rabu (10/12/2025), Atip menyampaikan kegelisahannya.
“Anak itu sekarang lebih banyak berinteraksi dengan gawai. Itu menyita waktu sangat banyak,” ujarnya.
Ia menilai, perubahan kebiasaan ini tidak boleh dibiarkan karena akan berdampak pada pembentukan karakter generasi muda.
Atip memandang sekolah bukan sekadar tempat belajar, tetapi cerminan kecil dari masyarakat.
Di ruang itu, siswa dari berbagai latar belakang bertemu, belajar mengenal perbedaan, dan membangun relasi sosial yang sehat. Karena itulah, ia menekankan pentingnya menciptakan budaya sekolah yang inklusif.
“Sekolah itu miniatur dari masyarakat. Tidak boleh ada diskriminasi dan pengklasifikasian,” tegasnya.
Untuk mendukung hal tersebut, ia mendorong adanya pembatasan penggunaan gawai dalam aktivitas belajar.
Anak-anak, katanya, perlu kembali membiasakan diri saling bertegur sapa, bermain bersama, dan membangun kedekatan sebagai bagian dari proses tumbuh kembang.
“Kalau biasanya berinteraksi dengan HP sampai delapan jam, mungkin sekarang satu jam. Sisanya gunakan untuk berinteraksi dengan teman,” tambah Atip.
Gerakan Rukun Sama Teman turut melibatkan berbagai tokoh muda, termasuk Utusan Khusus Presiden Bidang Pembinaan Generasi Muda dan Pekerja Seni, Raffi Farid Ahmad.
Kehadiran Raffi diharapkan dapat menjangkau generasi Z dan Alpha yang lebih dekat dengan konten visual dan figur publik.
Raffi menilai kenyamanan dan keamanan di sekolah harus berangkat dari kepercayaan terhadap guru dan aturan yang berlaku.
“Guru dan peraturan sekolah pasti akan membuat yang terbaik untuk kenyamanan dan keamanan murid,” katanya.
Ia juga menekankan bahwa pendidikan bukan hanya soal akademik. “Ilmu pendidikan itu penting, tapi ada yang jauh lebih penting, yaitu ilmu adab dan kehidupan,” ujar Raffi.
Menurutnya, penguatan karakter dan adab merupakan fondasi utama dalam membentuk generasi yang kuat secara moral maupun sosial.
Editor : Murni A













