Jatengvox.com – Sadranan (Nyadran) merupakan serangkaian upacara adat yang masih dilestarikan oleh masyarakat Jawa, khususnya di Jawa Tengah.
Tradisi ini berasal dari kata sraddha dalam bahasa Sanskerta yang berarti keyakinan. Nyadran diwujudkan dengan kegiatan pembersihan dan perawatan makam leluhur oleh masyarakat, terutama yang tinggal di pedesaan.
Di Pemakaman Dliwang, tradisi ini tidak hanya menjadi bentuk penghormatan kepada leluhur, tetapi juga simbol kebersamaan dan gotong royong warga.
Perawatan makam dilakukan secara swadaya melalui dana yang dikumpulkan dari masyarakat. Bahkan, bagi warga luar daerah yang hendak memakamkan keluarganya di pemakaman Dliwang, dikenakan biaya tertentu.
Dana tersebut kemudian digunakan untuk perawatan makam agar tetap terjaga setiap harinya.
Menariknya, dalam pelaksanaan kegiatan perawatan makam kali ini, yakni pada Jumat 5 September 2025, warga mendapat dukungan dari mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas PGRI Semarang (UPGRIS).
Para mahasiswa KKN terlibat langsung dalam membersihkan area pemakaman, merapikan lingkungan sekitar, serta mendukung jalannya tradisi Nyadran bersama masyarakat.
Kehadiran mereka disambut baik oleh warga karena mempercepat proses perawatan sekaligus menjadi wujud nyata kepedulian generasi muda terhadap pelestarian budaya lokal.
Budaya Nyadran ini telah berlangsung secara turun-temurun dan dianggap sebagai tanggung jawab moral masyarakat terhadap makam keluarga mereka.
Lebih dari itu, Nyadran juga menjadi momen mempererat tali silaturahmi antarwarga serta mengajarkan nilai kebersamaan dalam menjaga warisan budaya.