Jatengvox.com – Mahasiswa KKN Reguler 85 Posko 22 Universitas Islam Negeri (UIN) Walisongo Semarang berperan aktif dalam kegiatan posyandu balita, lansia, serta imunisasi rutin di Poliklinik Kesehatan Desa (PKD) Ngabean.
Kegiatan ini digelar bersama bidan desa, kader posyandu, dan masyarakat setempat selama pertengahan Oktober 2025.
Selama tiga hari berturut-turut, yakni pada 17, 18, dan 20 Oktober 2025, mahasiswa Posko 22 mengikuti kegiatan posyandu di beberapa wilayah Desa Ngabean, seperti Ngudi Rahayu 8, Ngudi Rahayu 1, dan Ngudi Rahayu 7.
Mereka membantu bidan desa, Ibu Ani, dan kader posyandu, Ibu Putri, dalam penimbangan balita, pengukuran tinggi badan, pencatatan Kartu Menuju Sehat (KMS), serta pemeriksaan kesehatan lansia.
Menurut Ibu Putri, kegiatan posyandu menjadi upaya penting menjaga kesehatan masyarakat sejak dini.
“Posyandu bukan sekadar tempat menimbang atau imunisasi, tapi juga sarana belajar tentang gizi dan kesehatan anak. Kehadiran mahasiswa sangat membantu, karena mereka sigap dan mau turun langsung,” ujarnya.
Sementara Ibu Ani, bidan desa Ngabean, menilai kolaborasi dengan mahasiswa memperlancar pelaksanaan posyandu.
“Kami senang dengan keterlibatan mahasiswa. Mereka membantu menyiapkan alat, mencatat hasil pemeriksaan, dan ikut mengedukasi warga. Ini pengalaman nyata bagi mereka untuk memahami pelayanan kesehatan di tingkat desa,” jelasnya.
Salah satu mahasiswa Posko 22, Alfi, mengungkapkan bahwa keterlibatan mereka memberi banyak pelajaran berharga.
“Awalnya kami hanya tahu tentang posyandu dari teori. Setelah ikut langsung, kami belajar bahwa pelayanan kesehatan juga soal empati dan kedekatan sosial,” ujarnya.
Selain posyandu, mahasiswa juga berpartisipasi dalam kegiatan imunisasi balita dan pemeriksaan lansia di PKD Desa Ngabean, yang rutin dilaksanakan setiap tanggal 21 pukul 08.00–10.00 WIB.
Menurut Ibu Ani, imunisasi diberikan untuk memastikan tumbuh kembang anak berjalan optimal.
“Anak-anak mendapat imunisasi lengkap seperti BCG, DPT, Polio, Rotavirus, PCV, Campak, dan IPV hingga usia dua tahun. Kadang setelah imunisasi timbul demam ringan, dan kami sarankan diberi paracetamol. Tujuannya agar semua anak mendapat perlindungan kesehatan sejak dini,” tuturnya.
Dalam kegiatan tersebut, mahasiswa membantu proses pendataan, mengatur alur pelayanan, dan mendampingi warga selama pemeriksaan. Ibu Putri menambahkan, suasana kegiatan dibuat senyaman mungkin bagi warga.
“Lansia biasanya datang sambil bercerita. Kami dengarkan dengan sabar. Kehadiran mahasiswa menambah semangat karena mereka cepat akrab dengan warga,” katanya.
Anggota divisi Sosial, Kesehatan, dan Lingkungan, Najwa, menyampaikan bahwa pengalaman ini menjadi bentuk nyata pengabdian.
“Kami belajar bahwa kesehatan adalah hasil kerja bersama. Sekecil apa pun peran kita, tetap berarti bagi masyarakat,” ujarnya.
Penulis : Riztiyana Maharani
Editor : Murni A