Jatengvox.com – Perum Bulog memperkenalkan kemasan seragam beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ukuran 5 kilogram.
Inovasi ini bukan hanya menyangkut tampilan luar, tetapi juga menjadi bagian penting dari strategi distribusi pangan nasional.
Dengan desain kemasan yang seragam, masyarakat diharapkan lebih mudah mengenali beras SPHP di pasaran.
Direktur Pengadaan Perum Bulog, Prihasto Setyanto, menegaskan bahwa kemasan ini juga berfungsi menjaga kualitas produk agar tetap konsisten hingga sampai ke tangan konsumen.
“Keberadaan kemasan seragam akan mempermudah distribusi sekaligus menjaga mutu beras di seluruh wilayah,” ujarnya dalam keterangan resmi, pada Kamis, 25 September 2025.
Bulog selama ini berperan penting dalam menjaga ketersediaan pangan nasional, khususnya beras.
Menurut Prihasto, keberhasilan distribusi tidak hanya ditentukan oleh ketersediaan stok semata, tetapi juga oleh dukungan sistem logistik yang terkelola dengan baik.
Karenanya, penyediaan kemasan beras SPHP menjadi salah satu faktor strategis.
Selain memudahkan penyaluran, langkah ini juga memperkuat kepercayaan publik terhadap kualitas dan konsistensi beras yang dijual melalui program SPHP.
Bulog melaksanakan pengadaan kemasan beras SPHP ukuran 5 kg tahap II tahun 2025.
Proses ini dilakukan melalui tender terbuka yang digelar sejak 25 Agustus hingga 17 September 2025. Setelah melalui seleksi, kontrak kerja sama resmi ditandatangani pada 18 September 2025 dengan mitra penyedia kemasan.
Sejak kontrak berjalan, pihak penyedia langsung memulai produksi. Rencananya, pengiriman kemasan ke gudang-gudang Bulog di tingkat kantor wilayah (Kanwil) akan dimulai pada minggu keempat September 2025.
Prihasto menekankan bahwa seluruh proses pengadaan dilakukan secara transparan, profesional, dan sesuai aturan pemerintah.
Dengan adanya kemasan seragam, Bulog berharap distribusi beras SPHP bisa berjalan lebih lancar dan tepat sasaran.
Kemasan bukan hanya faktor teknis, melainkan juga simbol manajemen distribusi yang lebih teratur.
“Keberhasilan menjaga pangan tidak hanya ditentukan oleh stok beras, melainkan juga manajemen distribusi serta logistik yang andal,” tutur Prihasto.
Editor : Murni A