Jatengvox.com – Semarak memperingati Hari Santri Nasional, Dewan Eksekutif Mahasiswa (DEMA) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) UIN Walisongo Semarang menggelar kegiatan Khataman Al-Qur’an yang diikuti para hafidz dan hafidzah se-FITK pada Rabu, 22 Oktober 2025.
Kegiatan ini menjadi salah satu rangkaian dari Fataguration 2025, sekaligus wujud nyata cinta mahasiswa terhadap Al-Qur’an dan tradisi keilmuan Islam.
Ratusan hafidz dan hafidzah se-FITK bergema dalam lantunan ayat suci, menyalakan semangat Al-Qur’an di Hari Santri Nasional dalam kegiatan simaan dan khataman bil ghoib.
Irama merdu pembacaan Al-Qur’an berpadu harmonis dengan lantunan rebana Al-Harokah, menghadirkan atmosfer yang khidmat sekaligus penuh kebahagiaan.
Kegiatan ini turut menghadirkan dua sosok inspiratif: KH. Musyafa’ Rusydi, yang memberikan motivasi spiritual penuh makna, serta Ustadz Muhammad Fachry Syihab, pengasuh Majlis Ta’lim Ar-Rohmah Demak, yang menyampaikan mauidhoh hasanah menggugah hati.
Dalam pesannya, KH. Musyafa’ Rusydi menegaskan pentingnya memadukan ilmu dan amal, serta menjaga keseimbangan antara dunia akademik dan spiritual.
“Kemanfaatan tidak akan pernah lepas dari lelakon. Ilmu harus diamalkan. Jalur langit tetap harus ditempuh, meski kita sibuk dengan urusan dunia. Keberuntungan tidak datang tiba-tiba—semua butuh proses dan kesungguhan,” tuturnya.
Beliau juga menegaskan, kehadiran seseorang di majelis ilmu bukan hal sepele, karena di situlah malaikat mencatat setiap kebaikan yang dilakukan hamba-Nya.
Sementara itu, Ustadz Muhammad Fachry Syihab dalam mauidhoh hasanah-nya menyoroti pentingnya menjaga jati diri dan semangat santri di tengah kehidupan kampus.
“Banyak mahasiswa yang sebenarnya santri, tapi enggan mengakui dirinya santri. Padahal, penghafal Al-Qur’an adalah keluarga dekat Allah. Siapa yang hidup bersama Al-Qur’an, akan dimudahkan segala urusannya,” ujarnya.
Ustadz Fachry juga berpesan agar para mahasiswa tidak merasa insecure dengan dirinya, melainkan terus berproses menuju kebaikan.
“Santri sejati selalu berada di antara dua kebaikan yaitu baru saja melakukan amal saleh, dan sedang menanti kebaikan berikutnya. Maka kita sebagai manusia jadilah penunggu kebaikan, bukan penunggu jabatan,” tegasnya bersemangat.
Menutup tausiyahnya, beliau mengibaratkan insan berjiwa santri sebagai susu murni yang tetap jernih meski berada di tengah kotoran dunia.
“Mereka yang hidup bersama Al-Qur’an akan tetap bersinar di mana pun berada. Walau di lingkungan penuh godaan, tetap menjaga kemurnian hatinya seperti susu yang keluar dari antara darah dan kotoran. Begitulah keteguhan seorang santri sejati,” ungkapnya penuh makna.
Kegiatan ini tidak hanya menjadi bentuk perayaan, tetapi juga momentum untuk meneguhkan kembali jiwa santri dan nilai-nilai Qurani di lingkungan akademik.
Melalui khataman Al-Qur’an ini, DEMA FITK berharap mahasiswa semakin cinta pada Al-Qur’an, istiqamah dalam menuntut ilmu, dan mampu menghadirkan nilai-nilai santri dalam kehidupan kampus maupun masyarakat.
“Mahasiswa yang berjiwa santri bukan hanya belajar di ruang kelas, tetapi juga menjaga nilai-nilai langit dalam setiap langkahnya,” ujar Presiden DEMA FITK
Editor : Murni A













