Jatengvox.com – Mahasiswa KKN Reguler Ke-85 Posko 17 UIN Walisongo Semarang menyelenggarakan sosialisasi mengenai bahaya pernikahan dini sebagai bagian dari komitmen akademik mereka dalam memperkuat literasi keluarga dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat.
Kegiatan ini menghadirkan materi edukatif yang disusun secara sistematis dan berbasis data, sehingga mampu memberikan pemahaman komprehensif kepada peserta mengenai risiko kesehatan, konsekuensi pendidikan, serta implikasi sosial dari pernikahan usia anak.
Melalui kegiatan ini, mahasiswa KKN berupaya membangun dialog yang konstruktif antara masyarakat dan pengetahuan ilmiah yang relevan dengan kondisi sosial saat ini.
Sosialisasi dibuka dengan pemaparan mengenai situasi aktual terkait masih tingginya kasus pernikahan dini di berbagai daerah, termasuk lingkungan pedesaan tempat mahasiswa KKN bertugas.
Pemateri menekankan bahwa pernikahan dini tidak dapat dipandang sebagai keputusan sederhana karena berkaitan langsung dengan kesiapan fisik dan emosional anak.
Banyak keluarga, yang sering terbatas akses informasinya, menganggap pernikahan sebagai jalan keluar dari persoalan ekonomi maupun kekhawatiran terhadap pergaulan remaja.
Melalui visualisasi data dalam materi presentasi, peserta diajak memahami bahwa keputusan tersebut justru berpotensi menimbulkan konsekuensi yang lebih berat di masa mendatang.
Selama sesi pemaparan, Khoirun Nisaa’ selaku mahasiswa KKN Posko 17 menguraikan risiko kesehatan reproduksi yang dihadapi remaja perempuan apabila memasuki kehamilan pada usia yang terlalu muda.
Penjelasan tersebut diperkaya dengan data medis yang menunjukkan tingginya angka komplikasi, seperti anemia, persalinan prematur, hingga risiko kematian ibu dan bayi.
Dalam pemaparan disampaikan bahwa organ reproduksi remaja belum matang secara optimal, sehingga proses kehamilan menjadi beban biologis yang sangat berat.
Informasi ini disampaikan secara runtut dan mudah dicerna, sehingga peserta dapat memahami alasan ilmiah mengapa pernikahan dini menimbulkan risiko serius terhadap kesehatan generasi muda.
Kegiatan sosialisasi juga menyoroti dampak pendidikan yang timbul akibat pernikahan dini.
Materi yang ditampilkan dalam kegiatan tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar remaja yang menikah akhirnya menghentikan pendidikan mereka, terutama perempuan.
Putus sekolah menjadi pintu masuk berbagai kendala baru, mulai dari terbatasnya kesempatan kerja, kemandirian ekonomi yang rendah, hingga ketergantungan sosial yang berkepanjangan.
Muhamad Sirodjuddin selaku mahasiswa KKN menekankan bahwa menjaga anak tetap bersekolah adalah salah satu strategi fundamental untuk memutus rantai kerentanan yang ditimbulkan oleh pernikahan usia anak.
Faktor penyebab pernikahan dini juga dijelaskan secara mendalam dalam sesi tersebut.
Komunikasi keluarga yang kurang efektif, minimnya edukasi tentang kesehatan reproduksi, tekanan budaya, serta ketidaksiapan orang tua dalam menghadapi dinamika perkembangan remaja menjadi aspek yang diuraikan dengan jelas dalam materi.
Menjelang akhir kegiatan, MC dan Moderator mengajak seluruh peserta untuk melihat pencegahan pernikahan dini sebagai tanggung jawab kolektif.
Mereka menekankan perlunya sinergi antara keluarga, lembaga pendidikan, tenaga kesehatan, pemerintah desa, dan tokoh masyarakat untuk membangun lingkungan yang aman dan mendukung tumbuh kembang remaja.
Sosialisasi ini diharapkan tidak hanya menjadi ruang untuk menerima informasi, tetapi juga menjadi pemantik gerakan berkelanjutan yang mampu mengubah pola pikir masyarakat terhadap isu pernikahan usia anak.
Harapan besar disampaikan agar edukasi yang diberikan dapat menjadi pijakan untuk mempersiapkan generasi muda yang lebih sehat, terdidik, dan memiliki masa depan yang lebih stabil.
Sosialisasi ini diharapkan tidak hanya menjadi ruang untuk menerima informasi, tetapi juga menjadi pemantik gerakan berkelanjutan yang mampu mengubah pola pikir masyarakat terhadap isu pernikahan usia anak.
Harapan besar disampaikan agar edukasi yang diberikan dapat menjadi pijakan untuk mempersiapkan generasi muda yang lebih sehat, terdidik, dan memiliki masa depan yang lebih stabil.
Editor : Murni A













