Jatengvox.com – Upaya memastikan pangan aman terus dikuatkan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Semarang.
Melalui program Gerakan Masyarakat Sadar Pangan Aman (Germas Sapa), lembaga ini ingin menanamkan kebiasaan sederhana namun penting: memastikan apa yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi masyarakat benar-benar aman.
Program ini sebenarnya sudah hadir sejak 2017, namun penguatan terus dilakukan seiring tantangan keamanan pangan yang makin kompleks.
Kepala BBPOM di Semarang, Rustyawati, menegaskan bahwa Germas Sapa membawa pendekatan preventif, promotif, sekaligus edukatif. Fokus utamanya adalah mencegah sumber masalah sejak awal—mulai dari kebersihan pelaku usaha, penggunaan bahan tambahan pangan, hingga risiko cemaran kimia dan biologi.
Tantangan-tantangan klasik seperti minimnya pengetahuan higiene, penyalahgunaan bahan berbahaya, atau lemahnya kontrol lingkungan masih sering ditemui, sehingga program ini dinilai tetap sangat relevan.
Di Jawa Tengah, Germas Sapa dijalankan secara terpadu dengan melibatkan beragam elemen masyarakat. program ini menjadi payung untuk tiga gerakan: Gerakan Keamanan Pangan Desa/Kelurahan, Pengawasan Pangan Jajanan Anak Sekolah, dan Pasar Pangan Aman Berbasis Komunitas.
“Masing-masing punya sasaran berbeda, tetapi tujuan utamanya sama, yaitu membangun pola hidup sehat dalam mengelola dan mengonsumsi pangan aman,” ujar Rustyawati dalam kegiatan Monitoring dan Evaluasi Keterpaduan Keamanan Pangan 2025 di Balai Bahasa Jawa Tengah.
Tahun ini, intervensi dilakukan di enam desa, satu pasar rakyat, dan 20 sekolah. Desa, sekolah, dan pasar disebut sebagai tiga titik paling strategis—tempat pangan diproduksi, diproses, sekaligus berinteraksi langsung dengan masyarakat.
BBPOM melihat desa sebagai pilar utama kemandirian keamanan pangan. Dengan pengetahuan dan sistem yang tertata, desa dinilai mampu memperbaiki kualitas pangan rumahan hingga UMKM lokal.
Tidak hanya berdampak pada kesehatan, tetapi juga meningkatkan nilai ekonomi masyarakat.
Di sektor pendidikan, program Sapa Sekolah menargetkan tumbuhnya budaya keamanan pangan sejak dini. Anak-anak dianggap sebagai agen perubahan, karena jika mereka memahami apa itu pangan aman, perilaku mereka akan memengaruhi keluarga dan lingkungan sekitar.
Sementara itu, intervensi di pasar rakyat menitikberatkan pada pencegahan penyalahgunaan bahan kimia berbahaya.
Temuan pangan mengandung boraks atau formalin masih menjadi problem di sejumlah daerah, sehingga pengawasan bersama pelaku pasar dianggap sangat penting.
Penguatan keamanan pangan ini juga melengkapi arahan Gubernur Jawa Tengah, Ahmad Luthfi, yang meminta agar program Makan Bergizi Gratis (MBG) menjalankan pengawasan ketat.
Ia menilai keamanan makanan di dapur MBG harus dijaga serius, terutama setelah beberapa kejadian keracunan makanan yang sempat muncul.
“Ini program struktural, maka harus kita laksanakan dengan disiplin. Jangan sampai kejadian kemarin terulang lagi,” ujar Luthfi dalam kesempatan berbeda.
Editor : Murni A













