Jatengvox.com – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Posko 41 UIN Walisongo Semarang melakukan kunjungan ke rumah produksi gula aren milik Bu Warti, salah satu pelaku usaha lokal di Desa Wirogomo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, pada hari Senin (28/7).
Kegiatan ini bertujuan untuk menggali potensi ekonomi lokal serta mengenalkan kearifan lokal kepada masyarakat luas.
Kunjungan ini merupakan bagian dari program kerja tematik mahasiswa KKN UIN Walisongo yang fokus pada pemberdayaan ekonomi desa melalui eksplorasi usaha rumahan.
Mereka berdialog langsung dengan pemilik usaha sekaligus menyaksikan proses pembuatan gula aren secara tradisional.
Bu Warti, warga Desa Wirogomo, telah menekuni usaha pembuatan gula aren tradisional selama kurang lebih 30 tahun.
Sejak usia muda, ia sudah akrab dengan aktivitas menyadap nira dan merebusnya di atas tungku kayu bakar dengan proses yang masih ia jalankan hingga kini.
Dengan alat sederhana dan tanpa bahan tambahan, Bu Warti menghasilkan gula aren murni yang dikenal khas oleh warga sekitar.
Baginya, menjaga keaslian rasa dan teknik tradisional adalah bagian dari warisan keluarga yang tak ternilai.
“Saya belajar dari orang tua saya dulu, semua serba alami. Sampai sekarang saya tetap pakai cara lama karena menurut saya itu yang paling baik dan sehat,” ujar Bu Warti saat ditemui di dapur produksinya.
Keunikan produk gula aren Bu Warti terletak pada proses produksinya yang masih sepenuhnya manual dan tanpa campuran bahan kimia atau pengawet.
Hal ini menjadi nilai jual utama yang membuat produknya berbeda.
“Gula ini murni dari nira pohon aren, tanpa tambahan apapun. Saya masih pakai alat tradisional, biar rasanya tetap asli seperti dulu,” jelasnya sambil menunjukkan tungku berbahan kayu bakar yang digunakan untuk memasak nira.
Bu Warti menegaskan bahwa mempertahankan cara tradisional dalam membuat gula aren bukan hanya soal rasa, melainkan juga bentuk penghormatan terhadap warisan orang tuanya.
“Mempertahankan cara tradisional itu bukan cuma soal rasa, tapi juga bentuk penghormatan saya kepada orang tua yang dulu mengajarkan semuanya,” ungkap Bu Warti dengan nada penuh makna.
Di akhir wawancara, Bu Warti menyampaikan harapannya agar usaha gula aren yang digelutinya bisa terus berlanjut dan dilestarikan oleh generasi muda.
Ia menekankan pentingnya menjaga tradisi agar tidak punah di tengah kemajuan zaman.
“Saya berharap usaha gula aren ini bisa terus berjalan, bahkan kalau bisa diteruskan oleh anak-anak muda di desa ini. Jangan sampai tradisi ini hilang,” tutup Bu Warti penuh harap.
Editor : Murni A