Jatengvox.com – Eco enzyme merupakan cairan serbaguna yang dihasilkan dari fermentasi sampah organik, seperti sisa buah dan sayuran, gula, dan air.
Cairan ini dikenal memiliki banyak manfaat, mulai dari pembersih rumah tangga, pupuk organik, pengusir hama, hingga cairan pencuci buah dan sayur.
Tak hanya ramah lingkungan, eco enzyme juga menjadi solusi alternatif dalam mengelola sampah organik rumah tangga.
Sebagai bentuk pengabdian kepada masyarakat, KKN Misi Khusus Posko 10 UIN Walisongo Semarang mengadakan sosialisasi pembuatan eco enzyme yang diselenggarakan pada 27 Agustus 2025 di TPM Pongangan, Desa Candisari, Kecamatan Bansari, Kabupaten Demak.
Dalam kegiatan ini, para mahasiswa tidak hanya memperkenalkan manfaat dan cara pembuatan eco enzyme, tetapi juga memberikan pelatihan inovasi sabun cuci piring berbahan dasar eco enzyme, yang bisa digunakan langsung oleh masyarakat sebagai produk rumah tangga yang aman dan ramah lingkungan.
Sabun Eco Enzyme, Ramah Lingkungan dan Bernilai Ekonomi
Sabun ini dibuat dengan mencampurkan bahan-bahan seperti:
Mess (200 gram)
Texapon (100 gram)
Aquades (4 liter)
ABS (80 mL)
EDTA (8 gram)
Bibit parfum ocean (50 mL)
Garam (400 gram)
Eco enzyme murni (1 liter)
Proses pembuatannya cukup sederhana. Dimulai dengan melarutkan mess menggunakan air panas, kemudian setelah dingin ditambahkan texapon, garam, ABS, EDTA, aquades, eco enzyme murni, hingga bibit parfum.
Setelah didiamkan selama minimal 3 jam, cairan sabun akan berubah menjadi bening dan siap digunakan.
Edukasi dan Lingkungan Lebih Bersih
Ketua pelaksana kegiatan, Labib Sidqi, menyampaikan bahwa kegiatan ini bertujuan tidak hanya untuk mengedukasi masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah organik, tetapi juga membuka peluang bagi warga untuk menciptakan produk ramah lingkungan yang bernilai ekonomi.
“Kami ingin menunjukkan bahwa limbah dapur yang selama ini dianggap tidak berguna, sebenarnya bisa diolah menjadi produk yang bermanfaat.
Selain ramah lingkungan, sabun berbasis eco enzyme ini juga aman bagi kulit dan tidak mencemari air,” jelas Labib.
Apresiasi dari Warga
Kegiatan ini mendapat sambutan positif dari warga, termasuk dari Sarwedi, salah satu perangkat desa Candisari.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan dari adik-adik mahasiswa ini. Sosialisasi ini membuka wawasan baru bagi warga tentang cara mengelola sampah dan membuat produk sendiri yang hemat biaya dan ramah lingkungan. Harapan kami, pelatihan seperti ini bisa berkelanjutan,” ujar Pak Sarwedi.
Dengan pelatihan ini, warga Dusun Pongangan, Desa Candisari, tidak hanya belajar cara mengurangi sampah organik, tetapi juga mendapatkan alternatif produk ramah lingkungan yang bisa digunakan setiap hari.
Lebih dari itu, kegiatan ini menjadi langkah kecil namun berdampak besar dalam mendukung gaya hidup berkelanjutan di tingkat desa.
Editor : Murni A