Jatengvox.com – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Tengah melaporkan kinerja ekspor provinsi tersebut menunjukkan tren positif sepanjang Januari–Oktober 2025.
Selama sepuluh bulan pertama tahun ini, nilai ekspor Jateng mencapai 10,32 miliar dolar AS, atau meningkat 9,18 persen dibanding periode yang sama tahun 2024.
Kenaikan ini menjadi sinyal baik bagi sektor perdagangan luar negeri, terutama di tengah situasi global yang masih penuh dinamika.
Pada Oktober 2025 saja, ekspor Jateng tercatat 1,12 miliar dolar AS, tumbuh 11,48 persen dibanding Oktober tahun lalu.
Plt. Kepala BPS Jateng, Endang Tri Wahyuningsih, menjelaskan bahwa Amerika Serikat kembali menjadi pasar terbesar bagi produk ekspor nonmigas Jawa Tengah.
Negeri Paman Sam menyerap 47,29 persen total ekspor nonmigas Jateng sepanjang Januari–Oktober 2025.
Produk yang paling diminati pasar AS antara lain pakaian, aksesori busana, serta alas kaki—komoditas unggulan yang selama ini memang menopang performa ekspor Jateng.
Di posisi berikutnya, Jepang menempati pangsa pasar 8,07 persen, diikuti Tiongkok dengan 4,53 persen. Dari kedua negara tersebut, komoditas seperti hasil perikanan (ikan, krustasea, moluska), alas kaki, serta produk kayu masih menjadi primadona.
Endang juga menyinggung faktor tarif masuk yang ikut membantu kinerja ekspor ke AS.
Hingga saat ini, Indonesia masih dikenai tarif dasar 10 persen, sementara kebijakan tarif resiprokal 19 persen belum diberlakukan.
Lonjakan ekspor Jateng tak lepas dari kontribusi sektor industri pengolahan, yang kembali menjadi pendorong terbesar nilai pengiriman barang ke luar negeri.
Selain itu, sektor pertambangan juga mencatat pertumbuhan yang ikut memperkuat total nilai ekspor provinsi.
Tren positif ini menjadi kabar baik bagi hilirisasi industri daerah, mengingat industri pengolahan merupakan tulang punggung perekonomian Jawa Tengah.
Sementara di sisi lain, BPS mencatat nilai impor Jawa Tengah pada periode Januari–Oktober 2025 justru mengalami penurunan. Total impor tercatat 12,02 miliar dolar AS, turun 4,86 persen dibanding tahun sebelumnya.
Meski ekspor tumbuh, neraca perdagangan Jateng secara kumulatif masih berada di zona defisit, yakni sebesar 1,70 miliar dolar AS.
Namun angka tersebut jauh lebih baik daripada defisit pada periode yang sama tahun 2024 yang mencapai 3,18 miliar dolar AS.
Endang menegaskan bahwa kondisi ini menunjukkan celah defisit yang semakin mengecil. Ia berharap momentum positif ini dapat terus berlanjut pada bulan-bulan berikutnya.
“Sudah semakin tipis defisit neraca perdagangan kita. Semoga ke depan kita bisa mencapai surplus,” ujarnya.
Editor : Murni A













