Dampak Echo Chamber terhadap Pengguna Media Sosial di Indonesia

Senin, 10 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Jatengvox.com – Fenomena echo chamber atau bilik gema kembali menjadi sorotan. Wakil Menteri Komunikasi dan Digital (Wamenkomdigi), Nezar Patria, menilai bahwa pola ini menjadi strategi yang digunakan platform digital untuk mempertahankan penggunanya.

Melalui sistem algoritma, pengguna diarahkan pada konten yang sesuai dengan minat dan pandangan mereka, tanpa disadari menciptakan ruang tertutup dalam dunia maya.

Menurut Nezar, algoritma media sosial bekerja dengan cara mempelajari perilaku pengguna—mulai dari apa yang disukai, dikomentari, hingga durasi menonton sebuah konten.

Dari situ, sistem kemudian menampilkan lebih banyak konten serupa. Hasilnya, pengguna seolah hidup dalam “gelembung” informasi yang memperkuat keyakinannya sendiri.

Baca juga:  Kemen PPPA Apresiasi Pembentukan Direktorat Perlindungan Perempuan dan Anak Polri

“Setiap orang di dalam algoritma media sosial sebetulnya hidup dalam bilik gemanya masing-masing. Karena dia akan mendapatkan informasi yang sejalan dan sesuai dengan apa yang dia mau,” ujar Nezar dalam keterangan resminya di Jakarta, Senin (10/11/2025).

Fenomena ini membuat media sosial tidak lagi menjadi ruang dialog terbuka, melainkan tempat di mana pandangan yang berbeda sulit menembus batas persepsi individu.

Akibatnya, perdebatan publik sering kali hanya memperkuat polarisasi, bukan melahirkan pemahaman baru.

Nezar juga mengingatkan bahwa efek bilik gema tidak berhenti di sana. Ketika pengguna terus-menerus disuguhi informasi yang seragam, mereka bisa terjebak dalam kondisi post-truth—yakni situasi di mana emosi dan opini lebih berpengaruh daripada fakta.

Baca juga:  Semangat 17 Agustus di Dusun Krasak: Pawai Spektakuler, KKN Posko 86 UIN Walisongo Turut Sukseskan Dusun Krasak

“Karena sentimen lebih tinggi pengaruhnya ketimbang fakta, maka kebenaran itu menjadi tidak penting lagi. Jadi media sosial membentuk persepsi; di situ yang salah bisa jadi benar, yang benar bisa jadi salah,” katanya.

Kondisi ini disebutnya sebagai bentuk hyperreality, di mana batas antara kenyataan dan persepsi mulai kabur. Informasi yang tampak “benar” di layar belum tentu memiliki dasar fakta yang kuat di dunia nyata.

Sementara itu, Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi), Meutya Hafid, mengungkapkan bahwa penggunaan media sosial di Indonesia terus meningkat, terutama di kalangan anak-anak dan remaja.

Baca juga:  Indonesia Siapkan Fondasi Kuat untuk Adopsi AI, Fokus pada Talenta Digital dan Infrastruktur

Berdasarkan data Kementerian Komdigi, sebanyak 48 persen pengguna internet nasional berada di bawah usia 18 tahun, dengan rata-rata waktu penggunaan mencapai 5 hingga 8 jam per hari.

“Bayangkan, sejak dini dunia digital sudah menjadi dunianya anak-anak di Indonesia,” ujar Meutya.

Ia menekankan pentingnya peran orang tua dalam mengawasi aktivitas daring anak-anak agar tidak mudah terpapar konten negatif atau informasi menyesatkan.

Sebagai langkah antisipatif, pemerintah telah menerbitkan Peraturan Pemerintah tentang Tumbuh Kembang dan Perlindungan Anak di Ruang Digital (PP Tunas).

Regulasi ini menjadi pedoman dalam menciptakan ruang digital yang lebih aman dan sehat bagi generasi muda.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Follow WhatsApp Channel jatengvox.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pelni Beri Diskon Tiket hingga 20 Persen untuk Libur Nataru 2025/2026, Ini Rute dan Kapal yang Disiapkan
Ombudsman RI Dorong Integrasi Pengawasan Perlintasan untuk Tekan Lonjakan Kasus TPPO
Mahasiswa KKN UIN Walisongo Dorong Digitalisasi UMKM untuk Penguatan Ekonomi Kreatif di Boja
Mahasiswa KKN UIN Walisongo Dorong Digitalisasi UMKM Salamsari lewat Pemasangan Banner dan Google Maps
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2025 Capai 5,04 Persen, Didukung Konsumsi dan Ekspor
Indonesia Perkuat Perlindungan Anak, PPPA dan UNICEF Soroti Kemajuan serta Tantangan ke Depan
Pemerintah Resmi Berlakukan Diskon Transportasi Nataru 2025/2026, Mobilitas Warga Dipacu Jelang Akhir Tahun
PHBS Goes to Elementary School: KKN Posko 11 Kenalkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat

Berita Terkait

Sabtu, 22 November 2025 - 08:27 WIB

Pelni Beri Diskon Tiket hingga 20 Persen untuk Libur Nataru 2025/2026, Ini Rute dan Kapal yang Disiapkan

Sabtu, 22 November 2025 - 05:20 WIB

Ombudsman RI Dorong Integrasi Pengawasan Perlintasan untuk Tekan Lonjakan Kasus TPPO

Jumat, 21 November 2025 - 17:09 WIB

Mahasiswa KKN UIN Walisongo Dorong Digitalisasi UMKM untuk Penguatan Ekonomi Kreatif di Boja

Jumat, 21 November 2025 - 14:38 WIB

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Triwulan III-2025 Capai 5,04 Persen, Didukung Konsumsi dan Ekspor

Jumat, 21 November 2025 - 10:12 WIB

Indonesia Perkuat Perlindungan Anak, PPPA dan UNICEF Soroti Kemajuan serta Tantangan ke Depan

Berita Terbaru