Jatengvox.com – Pemerintah Provinsi Jawa Tengah terus menegaskan komitmennya dalam memperkuat ekosistem inovasi di berbagai sektor, sebagai upaya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Inovasi tidak lagi dipandang sebatas proyek teknologi besar, melainkan sebagai kunci dalam menemukan solusi nyata atas persoalan yang dihadapi masyarakat di tingkat lokal.
Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jawa Tengah, Sumarno, menegaskan bahwa inovasi merupakan fondasi utama dalam upaya meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Menurutnya, riset yang dilakukan tidak harus berskala besar, namun harus mampu menyentuh kebutuhan dasar masyarakat dan memberikan dampak langsung.
“Inovasi-inovasi harus dilakukan supaya lebih ekspansif, dan lebih bisa berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat Jawa Tengah,” ujar Sumarno dalam acara Anugerah Karya Riset Pembangunan Jawa Tengah 2025 dan peluncuran DocRIDa, di Grhadika Bhakti Praja, Kota Semarang, Kamis (6/11/2025).
Ia menambahkan, penguatan kolaborasi antara pemerintah daerah, lembaga riset, dan dunia industri menjadi hal penting untuk memastikan hasil riset benar-benar bisa diimplementasikan di lapangan.
Dengan begitu, riset tidak hanya berhenti di meja laboratorium, tetapi hadir dalam bentuk inovasi yang menggerakkan ekonomi masyarakat.
Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko, menilai langkah Jawa Tengah untuk memperkuat riset daerah sudah sejalan dengan arah kebijakan nasional.
Ia menekankan pentingnya fokus pada peningkatan nilai tambah komoditas lokal, agar potensi ekonomi daerah bisa dimaksimalkan.
“Pertumbuhan ekonomi delapan persen hanya bisa dicapai melalui dua hal, yakni investasi besar yang masuk, atau peningkatan nilai tambah komoditas lokal,” ujar Handoko.
Menurutnya, keberadaan industri besar memang membantu menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan aktivitas ekonomi, namun efek rambatannya (trickle down effect) masih terbatas.
Karena itu, pemerintah daerah perlu mendorong sektor-sektor yang berbasis sumber daya lokal agar bisa memberi manfaat langsung bagi masyarakat.
“Itulah tugas BRIN dan Brida Jateng. Bukan sekadar lembaga riset, melainkan penggerak dan fasilitator dalam memanfaatkan sumber daya yang ada,” tegas Handoko.
Handoko mencontohkan komoditas bawang merah, yang selama ini menjadi andalan pertanian di Jawa Tengah. Dari sisi produksi, hasil petani sudah melimpah, sementara industri di sektor hilir seperti kuliner juga tumbuh pesat.
Namun, bagian rantai nilai di tengah—yakni inovasi produk olahan bawang merah—masih belum tergarap secara optimal.
“Padahal, di titik itulah peluang besar peningkatan nilai tambah bisa diciptakan,” jelasnya













