Pagi itu, aroma kembang dan suara shalawat lembut terdengar dari arah Masjid Al-Aqsa. Di pelataran masjid, peziarah datang silih berganti, membawa bunga dan doa di tangan. Mereka melangkah pelan menuju kompleks wisata religi Sunan Kudus, tempat peristirahatan salah satu tokoh besar penyebar Islam di tanah Jawa, Sunan Kudus atau Ja’far Shodiq.
Setiap pengunjung datang dengan tujuan yang berbeda. Ada yang berziarah untuk mengenang perjuangan dakwah para wali, ada pula yang sekadar mencari ketenangan batin di tengah hiruk-pikuk kehidupan. Bagi sebagian orang, berkunjung ke tempat ini bukan hanya tradisi keagamaan, melainkan juga perjalanan spiritual untuk memperkuat keimanan dan rasa syukur.
Kawasan Wisata Religi Sunan Kudus memang lebih dari sekadar destinasi wisata. Di tempat ini, nilai sejarah dan spiritual berpadu harmonis. Menara Kudus yang berdiri megah di depan Masjid Al-Aqsa menjadi saksi bisu kebesaran Sunan Kudus. Arsitektur menaranya unik, berbentuk seperti candi dengan bahan bata merah yang mencerminkan perpaduan budaya Hindu dan Islam.
Sunan Kudus dikenal sebagai tokoh yang bijak, menyebarkan ajaran Islam dengan cara menghormati tradisi masyarakat setempat. Bahkan, beliau pernah melarang penyembelihan sapi sebagai bentuk toleransi terhadap umat Hindu pada masa itu.
Tak jauh dari kompleks makam, suasana pasar kecil terasa hidup. Pedagang menjajakan jenang Kudus, batik, tasbih, hingga miniatur menara sebagai buah tangan. Kehadiran para peziarah membuat ekonomi warga sekitar terus bergerak. Di sela hiruk-pikuk itu, masyarakat tetap menjaga kesopanan dan suasana religius kawasan tersebut agar tetap nyaman bagi semua pengunjung.
Selain berziarah, banyak pengunjung yang datang untuk belajar sejarah. Beberapa sekolah dan komunitas remaja masjid sering mengadakan kunjungan edukatif ke Wisata Religi Sunan Kudus, mengenalkan nilai toleransi dan dakwah yang damai kepada generasi muda.
Pemerintah daerah pun ikut mendukung dengan memperbaiki fasilitas umum, memperluas area parkir, serta menjaga kebersihan dan kesakralan tempat ini agar tetap terawat.
Sore hari, ketika azan Asar berkumandang, suasana menjadi semakin syahdu. Cahaya matahari yang menembus celah menara menciptakan siluet indah di antara bangunan bata merah. Banyak pengunjung yang menundukkan kepala, merenungi kehidupan dan perjalanan Sunan Kudus yang sederhana namun penuh makna.
Wisata Religi Sunan Kudus bukan hanya tempat ziarah, tetapi juga ruang untuk belajar dan merenung tentang nilai kehidupan. Di setiap langkah di kompleks ini, kita diingatkan tentang pentingnya toleransi, kesederhanaan, dan ketulusan dalam berbuat baik.
Melalui peninggalan Sunan Kudus, generasi sekarang diajak untuk menghargai perbedaan dan menjaga warisan budaya yang sarat makna spiritual.
Mengunjungi Wisata Religi Sunan Kudus bukan sekadar perjalanan wisata, melainkan perjalanan batin, sebuah kesempatan untuk mengenal lebih dekat sosok wali yang menanamkan nilai damai, sabar, dan hormat pada sesama. Dari kota kecil Kudus inilah, pesan besar tentang toleransi dan persaudaraan umat manusia terus bergema hingga kini.
Penulis : Ananda Dwi Rosalia
Editor : Murni A













