Jatengvox.com – Kabar duka sering datang tanpa diduga. Saat mendengar ada saudara, tetangga, atau sahabat yang berpulang ke rahmatullah, biasanya kita spontan mengucapkan kalimat istirja’, “Inna lillahi wa inna ilaihi raji’un”. Setelah itu, banyak umat Islam melanjutkan dengan doa yang sudah sangat familiar: “Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu.”
Doa ini begitu melekat dalam kehidupan sehari-hari kaum Muslimin di Indonesia. Hampir setiap kali ada berita kematian, doa tersebut terdengar, baik secara lisan maupun tertulis di media sosial.
Namun, tidak sedikit yang hanya mengucapkannya sebagai tradisi tanpa memahami makna mendalam di baliknya. Padahal, doa singkat ini memuat permohonan yang sangat lengkap untuk saudara kita yang telah meninggal dunia.
Makna Doa Secara Bahasa
Doa “Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu” berasal dari bahasa Arab dengan arti:
Allahummaghfirlahu → “Ya Allah, ampunilah dia.”
Warhamhu → “Sayangilah dia.”
Wa’afihi → “Sehatkan atau lindungilah dia dari siksa dan azab.”
Wa’fuanhu → “Maafkanlah segala kesalahannya.”
Jika digabungkan, doa ini memohon kepada Allah SWT agar orang yang meninggal memperoleh ampunan, kasih sayang, perlindungan dari azab, serta pemaafan atas dosa-dosanya.
Inilah bentuk kasih sayang seorang Muslim kepada saudaranya, bahkan setelah kematian memisahkan mereka.
Lafaz Lengkap Doa
Berikut bentuk lengkap doa sebagaimana sering dilafalkan umat Muslim:
Arab:
اللَّهُمَّ اغْفِرْ لَهُ وَارْحَمْهُ وَعَافِهِ وَاعْفُ عَنْهُ
Latin:
Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu
Artinya:
“Ya Allah, ampunilah dia, sayangilah dia, lindungilah dia, dan maafkanlah kesalahannya.”
Doa ini bisa dibaca untuk siapa saja yang sudah meninggal, baik keluarga, sahabat, maupun sesama Muslim yang kita dengar kabar dukanya.
Doa yang Sarat Makna
Mengapa doa ini begitu istimewa? Karena mencakup empat permohonan besar:
Ampunan dari Allah – Karena setiap manusia pasti memiliki dosa. Doa ini memohon agar Allah menutupinya dengan ampunan.
Kasih sayang Allah – Setelah ampunan, kita memohon agar Allah melimpahkan rahmat-Nya, sehingga almarhum berada dalam kedamaian.
Keselamatan dari azab – Manusia takut pada siksa kubur dan azab akhirat. Dengan doa ini, kita meminta Allah melindungi saudara kita dari itu semua.
Pemaafan atas kesalahan – Tidak hanya dosa kepada Allah, tapi juga kesalahan sesama manusia. Doa ini menjadi bentuk harapan agar Allah memaafkan semua kekhilafan.
Praktik dalam Kehidupan Sehari-hari
Doa ini biasanya dibacakan dalam beberapa kesempatan, antara lain:
Saat mendengar kabar duka
Banyak orang langsung menuliskan doa ini di pesan WhatsApp, status media sosial, atau mengucapkannya secara lisan ketika ada yang berpulang.Dalam salat jenazah
Ketika imam atau makmum membaca doa untuk almarhum, lafaz ini sering disertakan. Ini menjadi inti dari salat jenazah itu sendiri: doa untuk si mayit.Di acara tahlilan atau doa bersama
Dalam budaya Muslim Nusantara, doa ini hampir selalu hadir ketika keluarga, tetangga, dan kerabat berkumpul untuk mendoakan almarhum.Doa pribadi
Bahkan di luar momen-momen tersebut, umat Islam juga bisa melafalkan doa ini kapan saja saat teringat seseorang yang telah meninggal.
Relevansi Sosial dan Spiritual
Doa ini tidak hanya berfungsi spiritual, tetapi juga sosial. Mengucapkannya menunjukkan kepedulian kita terhadap sesama.
Saat keluarga yang berduka mendengar doa ini, mereka merasa tidak sendirian. Ada dukungan emosional yang ikut menenangkan hati.
Secara spiritual, doa ini mengingatkan bahwa kehidupan di dunia hanyalah sementara. Suatu saat kita pun akan berada pada posisi yang sama, dan orang lainlah yang akan memanjatkan doa serupa untuk kita.
Kesadaran ini bisa membuat kita lebih berhati-hati dalam menjalani hidup, memperbanyak amal, dan menjauhi perbuatan dosa.
Doa Sebagai Investasi Akhirat
Dalam Islam, ada tiga amal yang tidak terputus meski seseorang telah meninggal: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat, dan doa anak saleh. Doa “Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu” termasuk bagian dari doa anak atau saudara seiman. Artinya, setiap kali doa ini diucapkan, pahala mengalir kepada yang mendoakan sekaligus menjadi penolong bagi yang didoakan.
Banyak ulama menyebut doa orang lain bagi jenazah sebagai bentuk shadaqah spiritual. Tidak terlihat, tapi pahalanya besar dan manfaatnya nyata.
Menariknya, doa ini tidak hanya dikenal di lingkungan pesantren atau kalangan religius, tetapi juga akrab di telinga masyarakat umum. Bahkan, di media sosial Indonesia, doa ini sering menjadi bentuk simpati saat ada tokoh, artis, atau publik figur yang meninggal dunia.
Hal ini menunjukkan bahwa doa ini telah menjadi bagian dari bahasa kesedihan kolektif bangsa. Meski berbeda suku dan budaya, umat Islam Indonesia menyatukan hati mereka lewat doa yang sama.
Mengapa Kita Harus Membiasakan Diri Melafalkannya?
Ada beberapa alasan mengapa doa ini sebaiknya tidak ditinggalkan:
Menghidupkan Sunnah Nabi – Dengan melafalkannya, kita mengikuti ajaran Rasulullah SAW.
Menguatkan hubungan sesama Muslim – Doa ini menegaskan bahwa kita peduli terhadap saudara kita, bahkan setelah mereka meninggal.
Membentuk kesadaran diri – Setiap doa ini diucapkan, kita otomatis mengingat bahwa suatu saat kita juga akan didoakan dengan lafaz yang sama.
Saat kita melafalkan doa ini untuk orang lain, sebenarnya kita sedang mengingatkan diri bahwa hidup tidak selamanya. Doa ini bisa menjadi titik refleksi: apakah kita sudah mempersiapkan bekal agar ketika tiba giliran kita, doa tersebut menjadi cahaya, bukan sekadar ucapan?
Doa “Allahummaghfirlahu warhamhu wa’afihi wa’fuanhu” adalah salah satu doa paling sarat makna dalam Islam. Meski singkat, doa ini mengandung permohonan ampunan, kasih sayang, perlindungan, dan pemaafan dari Allah SWT. Ia menjadi bentuk solidaritas, simpati, sekaligus pengingat bagi kita yang masih hidup.
Dengan melafalkannya secara tulus, kita tidak hanya membantu saudara Muslim yang telah tiada, tetapi juga menanam benih amal untuk diri sendiri. Sebab, kelak saat kita meninggal, doa yang sama akan menjadi harapan yang kita nantikan dari orang-orang yang kita tinggalkan.
Editor : Murni A