Jatengvox.com – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Reguler Posko 13 UIN Walisongo Semarang melakukan kunjungan produksi ke salah satu pengrajin genteng tanah liat di Dusun Krajan Timur, Desa Meteseh, Kabupaten Kendal pada Sabtu, 1 November 2025.
Usaha produksi yang telah berjalan selama 33 tahun ini dikelola oleh pasangan suami istri, Pak Maryono dan Ibu Lastri, yang tetap melestarikan kerajinan genteng tanah liat tradisional di tengah gempuran genteng pabrikan.
Proses produksi genteng dilakukan sejak pagi hingga sore hari. Dengan dibantu hanya satu pekerja, Ibu Tarsinah—seorang lansia yang masih setia membantu penyetakan genteng—rumah produksi genteng “Super Mantili” mampu mencetak sekitar 250 buah genteng per hari.
“Saya bantu di sini buat nyari kegiatan aja, karena sekarang sudah nggak ada anak muda yang mau kerja kayak gini. Mereka lebih memilih kerja di pabrik,” ujar Ibu Tarsinah saat ditemui di lokasi.
Proses pembuatan genteng dimulai dari pengolahan bahan utama berupa tanah sawah yang dicampur pasir, tanah liat, dan tanah kuning.
Bahan tersebut digiling hingga halus, lalu dicetak menggunakan alat pres tradisional. Setelah dicetak, genteng dijemur di bawah terik matahari selama kurang lebih dua hari agar tahan retak.

Namun, curah hujan di bulan Oktober hingga awal November ini sedikit menghambat proses pengeringan.
“Genteng kering sepenuhnya bisa dua hari kalau panas. Kalau mendung bisa lebih lama lagi. Dari kemarin hujan terus, jadi masih banyak genteng yang belum kering,” imbuh Ibu Lastri.
Tahap akhir adalah proses pembakaran yang memakan waktu sekitar setengah malam, biasanya dimulai pukul 16.00 hingga selepas Isya. Sekali pembakaran bisa menampung 3.500–4.000 genteng.
Setiap genteng dijual seharga Rp1.100 per buah dan dijual per 100 genteng. Pembeli biasanya datang langsung ke rumah produksi, meski ada juga tengkulak dari toko bangunan sekitar.
“Pembelinya rata-rata orang yang lagi bangun rumah, jadi beli langsung ke sini. Kalau tengkulak, harganya beda, jadi lebih murah,” tutur Ibu Lastri.
Kegiatan kunjungan ini memberikan pelajaran berharga bagi mahasiswa tentang kesabaran, kerja keras, dan semangat untuk melestarikan warisan lokal yang telah turun-temurun dijaga oleh masyarakat Dusun Krajan Timur.
Penulis : Febriana Setiyawati
Editor : Murni A













