Jatengvox.com – Pemerintah melalui Kementerian Kebudayaan menyiapkan langkah besar untuk memperluas akses masyarakat terhadap literatur sejarah nasional.
Salah satunya dengan mendistribusikan buku Sejarah Indonesia versi terbaru secara daring atau digital, sehingga dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat tanpa biaya.
Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan bahwa inisiatif ini bertujuan agar pengetahuan sejarah tidak lagi terbatas pada kalangan tertentu.
Menurutnya, buku sejarah harus menjadi milik bersama, mudah dijangkau, dan relevan bagi generasi masa kini.
“Kita akan cetak, tapi juga kita upayakan tersedia secara online. Ini gratis dan seluruh pembiayaannya ditanggung oleh APBN,” ujar Fadli Zon kepada wartawan usai peluncuran buku Sejarah Indonesia: Dinamika Kebangsaan dalam Arus Global di Jakarta, Minggu (14/12/2025).
Meski peluncuran buku telah dilakukan, Fadli menjelaskan bahwa proses pendistribusian versi digital baru akan dimulai pada tahun depan.
Saat ini, Kementerian Kebudayaan masih memfokuskan perhatian pada pengenalan buku Sejarah Indonesia versi terbaru kepada publik.
Buku tersebut bukan karya sembarangan. Dengan total 7.958 halaman, publikasi ini menjadi salah satu karya sejarah paling komprehensif yang pernah disusun di Indonesia.
Seluruh proses penerbitan, mulai dari penulisan hingga produksi, sepenuhnya dibiayai oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
Langkah digitalisasi ini juga sejalan dengan upaya pemerintah dalam mendorong transformasi pengetahuan berbasis teknologi, sekaligus menjawab kebutuhan generasi muda yang semakin akrab dengan akses digital.
Fadli Zon mengungkapkan bahwa buku Sejarah Indonesia disusun oleh 123 sejarawan dari 34 perguruan tinggi di seluruh Indonesia.
Para penulis dipilih berdasarkan keahlian dan latar belakang akademik yang beragam, sehingga setiap bagian buku digarap secara mendalam sesuai bidang masing-masing.
“Setiap penulis berkontribusi berdasarkan keahliannya. Itu yang membuat isi buku ini lebih kaya, detail, dan akurat,” jelasnya.
Proses penulisan dan penyusunan buku memakan waktu kurang lebih satu tahun. Hasilnya, lahir sebuah karya kolektif yang tidak hanya mencatat peristiwa sejarah, tetapi juga menyajikannya dalam konteks kebangsaan dan dinamika global.
Menariknya, peluncuran buku ini memiliki makna simbolik. Tanggal perilisannya sekaligus ditetapkan sebagai Hari Sejarah, sebuah momentum yang diharapkan dapat meningkatkan kesadaran publik akan pentingnya memahami perjalanan bangsa.
Fadli menyampaikan rasa syukurnya atas rampungnya buku tersebut. Ia berharap karya ini mampu memberikan kontribusi nyata bagi penguatan identitas nasional dan pemahaman sejarah Indonesia secara utuh.
Apresiasi juga datang dari kalangan akademisi. Guru Besar Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro (UNDIP), Singgih Tri Sulistyo, menilai peluncuran buku Sejarah Indonesia versi terbaru sebagai capaian penting bagi dunia kesejarahan nasional.
Ia mengapresiasi kerja keras para sejarawan dan ilmuwan yang terlibat dalam penyusunan buku tersebut. Menurut Singgih, karya ini tidak hanya mencatat masa lalu, tetapi juga membantu bangsa Indonesia menemukan kembali jati dirinya.
“Dalam peluncuran ini, kita seperti menemukan kembali identitas Indonesia yang selama ini seolah terkubur,” ujarnya.
Singgih juga menyoroti perkembangan signifikan dari sisi konten. Jika sebelumnya buku sejarah nasional berjumlah sekitar 5.000 halaman, kini jumlahnya meningkat menjadi 7.958 halaman, mencerminkan semakin luas dan mendalamnya kajian sejarah Indonesia













