Jatengvox.com – Upaya penanggulangan rob yang selama ini menjadi momok di wilayah pesisir Semarang kini memasuki babak baru. Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) tengah menggeber proyek Jalan Tol Semarang-Demak yang terintegrasi langsung dengan tanggul laut raksasa atau Giant Sea Wall.
Proyek infrastruktur ambisius ini digadang-gadang tidak hanya akan menyelesaikan permasalahan banjir rob yang sudah berlangsung tahunan, tetapi juga menjadi pengurai kemacetan kronis di jalur pantai utara Jawa, khususnya ruas Kaligawe hingga Demak.
Bukan sekadar jalan tol biasa, ruas Kaligawe – Sayung sepanjang 10,64 km dibangun langsung di atas laut, menjadikannya sebagai tol terapung pertama di Jawa Tengah.
Secara keseluruhan, Jalan Tol Semarang-Demak memiliki panjang total 26,95 km yang terbagi menjadi dua seksi, yakni Seksi 1 (Kaligawe – Sayung) yang sedang dalam proses konstruksi dan Seksi 2 (Sayung – Demak) yang telah resmi beroperasi sejak 25 Februari 2023.
“Jalan tol ini mengurangi beban lalu lintas di Jalan Pantura Jawa yang sudah sangat padat dan sering mengalami kemacetan,” ujar Menteri Pekerjaan Umum Dody Hanggodo, dikutip dari Antara, Selasa (17/6/2025).
Menteri Dody menegaskan bahwa kehadiran jalan tol yang digabungkan dengan tanggul laut akan menjadi solusi permanen untuk mengatasi banjir rob, terutama di kawasan industri Terboyo dan sekitarnya.
Menurutnya, kolaborasi antara pembangunan infrastruktur transportasi dengan sistem perlindungan pantai ini merupakan langkah strategis dan berkelanjutan.
Adapun pembangunan Seksi 1 Tol Semarang-Demak yang membentang dari Kaligawe ke Sayung saat ini telah mencapai progres fisik sebesar 44,26 persen per 12 Juni 2025.
Tol ini dikerjakan dalam tiga paket besar oleh sejumlah BUMN karya dan mitra internasional. Paket 1A digarap oleh Hutama Karya bersama Beijing Urban Construction Group dengan capaian progres tertinggi yakni 65,92 persen.
Paket 1B ditangani oleh konsorsium PP, Wijaya Karya, dan China Road and Bridge Corporation yang saat ini mencapai progres 42,97 persen. Sedangkan Paket 1C dikerjakan Adhi Karya dan Sinohydro, yang masih dalam tahap awal dengan progres 22,77 persen.
Salah satu aspek yang membuat proyek ini begitu vital adalah fungsinya yang ganda—menyediakan akses transportasi cepat sekaligus sebagai pelindung pesisir dari rob.
Tidak heran jika proyek ini mendapat perhatian dan percepatan dari pemerintah, khususnya Kementerian PUPR dan Badan Usaha Jalan Tol (BUJT).
Selain proyek jalan tol dan tanggul laut, pemerintah juga membangun sistem pengendali banjir lainnya sebagai pendukung, seperti sistem pengendalian banjir Tenggang-Sringin Tahap 1.
Proyek ini ditujukan untuk mengurangi limpasan air dari hulu ke kawasan hilir yang selama ini memperparah genangan rob di Kota Semarang.***