Jatengvox.com – Setiap awal yang indah pada akhirnya akan menemukan ujungnya, dan setiap pertemuan yang hangat pada gilirannya harus berpamit dengan kenangan.
Begitulah yang dirasakan para mahasiswa KKN MIT 20 Posko 134 UIN Walisongo ketika menutup masa pengabdian mereka di Desa Timpik.
Senin malam, 25 Agustus 2025, Balai Desa Timpik menjadi saksi bisu bagaimana tawa dan tangis melebur menjadi satu dalam ruang penuh emosi.
Acara malam perpisahan diawali dengan lantunan maulid Diba’ yang bergema khidmat, sebagai penguat ukhuwah Islamiyah sekaligus bentuk cinta kepada Nabi Muhammad Saw.
Suasana kemudian semakin syahdu ketika tahlil dan doa bersama dipanjatkan. Di momen itu, setiap kata dan lantunan doa seakan berbisik bahwa pertemuan adalah anugerah, dan perpisahan adalah takdir yang tak terelakkan.
Sambutan demi sambutan pun mengalir, menyalurkan rasa syukur sekaligus meninggalkan getir di hati, mengingat sebulan lebih para mahasiswa telah hidup bersama dan menyatu dengan denyut kehidupan masyarakat Timpik.
Panggung perpisahan pun kemudian dibuka. Berbagai penampilan mahasiswa tampil bukan sekadar hiburan, melainkan ungkapan rasa terima kasih yang sulit disampaikan dengan kata-kata.
Setiap gerakan tari, lantunan suara, hingga gelak tawa yang pecah di antara penonton, semuanya menyimpan pesan yang sama: betapa beratnya berpisah, namun betapa indahnya kenangan yang ditinggalkan.
Malam itu semakin dalam menyentuh hati ketika layar sederhana menayangkan video dokumenter perjalanan KKN.

Potongan demi potongan gambar menyalakan kembali memori: senyum polos anak-anak, sapaan hangat warga, hingga kerja keras mahasiswa dalam menjalankan program kerja.
Ruangan pun larut dalam suasana haru; tawa dan tangis tak lagi dapat dibedakan, semuanya melebur menjadi satu rasa.
Tak berhenti di situ, acara berlanjut dengan pembagian kenang-kenangan. Meski sederhana, setiap hadiah kecil yang diberikan sarat makna besar.
Ia bukan hanya benda, melainkan simbol keakraban dan ikatan hati yang terjalin antara mahasiswa dan masyarakat Desa Timpik.
Kordes menyampaikan, “Saya dan teman-teman sangat berterima kasih banyak atas sambutan hangat ketika di Desa Timpik. Banyak pengalaman dan pengetahuan yang kami dapat. Semoga pertemuan ini tidak hanya cukup sampai sini, dan kami akan kembali besok atau entah kapanpun itu.”
Bapak Arifin selaku pendamping desa yang mewakili kepala desa juga mengucapkan, “Banyak terima kasih kepada KKN UIN atas ilmu yang telah diberikan ke warga Desa Timpik. Saya harap ilmu ini berdampak positif ke depannya dan memberikan manfaat. Kinerja KKN UIN sangat mengesankan dan banyak memberikan dampak. Jadi, tahun depan jika Desa Timpik menerima KKN dari Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang, saya akan menerimanya dengan ketulusan hati.”
Hingga akhirnya, tibalah pada penutup acara. Tangis pecah dari mahasiswa maupun warga, menggema di seluruh ruangan, menjadikan malam itu begitu tak terlupakan.
Semua yang hadir menyadari, perpisahan ini bukan sekadar acara seremonial, melainkan penegasan bahwa kebersamaan yang telah dijalani akan terus hidup dalam ingatan.
Desa Timpik dan mahasiswa KKN MIT 20 Posko 134 telah saling mengisi, saling memberi warna, dan meninggalkan jejak cerita manis.
Kenangan itu kini menjelma menjadi bagian dari hati setiap orang yang mengalaminya. Perpisahan ini bukan akhir, melainkan jembatan menuju pertemuan kembali. Entah kapan, entah di mana, namun kenangan indah itu akan selalu abadi.













