Jatengvox.com – Mahasiswa KKN Reguler 85 Posko 22 Desa Ngabean menggelar workshop pembuatan sabun berbahan dasar eco-enzyme sebagai upaya meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pengelolaan limbah organik.
Kegiatan yang berlangsung di balai desa ini diikuti oleh perwakilan ibu-ibu PKK dari setiap dusun dan bertujuan mengenalkan pemanfaatan limbah organik menjadi cairan serbaguna yang bermanfaat bagi kebersihan rumah dan lingkungan.
Acara dimulai dengan sambutan dari Ketua PKK Desa Ngabean yang menyoroti kondisi kesehatan lingkungan.
Ia menyampaikan kekhawatirannya terkait kasus Demam Berdarah yang mengalami peningkatan.
“Kasus penyakit Demam Berdarah di desa kita mengalami peningkatan. Ini menjadi pengingat bahwa menjaga kebersihan lingkungan adalah tanggung jawab kita bersama. Saya berharap ibu-ibu semakin sadar pentingnya mengelola sampah organik yang dapat diolah kembali supaya lingkungan desa kita tetap sehat dan bersih,” ujarnya.
Kepala Desa Ngabean turut memberikan sambutan dengan menekankan pentingnya menjaga kondisi lingkungan di tengah cuaca yang tidak menentu.
“Kondisi lingkungan akhir-akhir ini benar-benar tidak menentu. Perubahan cuaca ekstrem tentu berdampak pada kesehatan warga. Karena itu, menjaga kebersihan bukan sekadar imbauan, tetapi kebutuhan bersama agar kita terhindar dari berbagai penyakit, termasuk Demam Berdarah yang sedang meningkat,” jelasnya.
Materi workshop disampaikan oleh Ibu Zhaqraf Maulida, S.Pd.I., yang menjelaskan bahwa eco-enzyme adalah cairan alami hasil fermentasi kulit buah, molase, dan air.
Ia merekomendasikan penggunaan kulit buah untuk pemula karena sisa sayuran cenderung menghasilkan bau tidak sedap jika prosesnya belum benar.
Perbandingan bahan yang digunakan adalah 3:1:10, yakni 3 kg kulit buah, 1 kg molase, dan 10 liter air, dengan masa fermentasi selama tiga bulan. Ia menambahkan bahwa semakin beragam jenis kulit buah yang digunakan, semakin baik kualitas eco-enzyme yang dihasilkan.
Dalam pemaparan, pemateri juga menyoroti manfaat eco-enzyme yang sangat luas.
“Eco-enzyme ini seperti avatar, bisa bermanfaat di udara, air, dan tanah,” tuturnya.

Setelah penyampaian materi, peserta diajak mempraktikkan langsung cara membuat eco-enzyme mulai dari mencampur bahan, menutup fermentor dengan plester, memberi lima tusukan jarum agar tidak meledak, hingga memberi label tanggal pembuatan dan panen.
Setelah sesi pembuatan eco-enzyme, kegiatan dilanjutkan dengan praktik membuat sabun cair ramah lingkungan.
Peserta dibagi menjadi tiga kelompok dan menggunakan bahan-bahan seperti larutan MES, Texapone, Garam, ABS, EDTA, Eco-enzyme, serta Bibit Parfum.
MES atau metil ester surfaktan diperkenalkan sebagai bahan utama sabun yang ramah lingkungan karena berasal dari minyak nabati, sedangkan texapone berfungsi sebagai penambah busa.
Seluruh bahan kemudian dicampur dan diaduk bersama empat liter air hingga menjadi sabun cair siap pakai.
Peserta tampak sangat antusias mengikuti setiap tahap pembuatan sabun. Salah satu peserta, Bu Nurwati, menyampaikan kesannya, “Kami sangat senang bisa belajar langsung cara membuat sabun dari eco-enzyme. Selain ramah lingkungan, bahannya juga mudah didapat dan bisa kami praktikkan di rumah.”
Melalui workshop ini, mahasiswa KKN Posko 22 berharap masyarakat Desa Ngabean semakin termotivasi mengolah limbah organik menjadi produk bermanfaat, sekaligus menjaga kebersihan lingkungan untuk mencegah berbagai penyakit di masa mendatang.
Penulis : Riztiyana Maharani
Editor : Murni A













