Jatengvox.com – Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang digagas untuk meningkatkan kualitas gizi siswa justru menjadi sorotan tajam setelah puluhan pelajar MAN 1 dan SMP PGRI 1 Cianjur mengalami gejala keracunan massal.
Cerita ini bukan sekadar kabar angin yang berembus di lorong-lorong sekolah.
Peristiwa ini benar-benar terjadi dan telah mengundang perhatian banyak pihak, termasuk Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana. Dengan cepat, ia bertolak ke lokasi kejadian untuk memastikan langsung situasi yang terjadi.
“Pagi ini Rabu 23 April 2025, saya berangkat ke Cianjur, Jawa Barat untuk mengecek SPPG Cianjur dan menemui anak-anak kita para pelajar, guru, tenaga kesehatan dan saudara kita lainnya,” ungkap Dadan dalam keterangannya, Rabu (23/4/2025).
Kunjungan tersebut dilakukan menyusul insiden yang terjadi dua hari sebelumnya, tepatnya pada Senin (21/4/2025), di mana puluhan siswa mengalami gejala seperti pusing, mual, muntah, dan diare usai menyantap makanan dari program MBG.
Para siswa dari dua sekolah tersebut segera dilarikan ke fasilitas kesehatan terdekat.
Menurut data yang dihimpun, sebanyak 28 siswa dirawat di RSUD Sayang Cianjur dan 10 lainnya di RS Bhayangkara Cianjur.
Sementara sebagian lainnya diketahui menjalani perawatan di rumah atau di Puskesmas terdekat. Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur, Frida Layla Yahya menjelaskan:
“Para pelajar tersebut mengeluhkan keracunan usai menyantap makanan bergizi gratis (MBG) di sekolah.
Namun berbeda-beda, ada yang mengalami gejalanya di sekolah dan ada juga yang merasakan sakit setelah di rumah. Jadi kemungkinan ada yang masih dirawat di rumah atau di Puskesmas.”
Frida juga menambahkan bahwa pihaknya telah meminta seluruh Puskesmas untuk melakukan pendataan lanjutan terhadap siswa yang mengalami gejala serupa, agar jumlah korban bisa dipastikan dengan lebih akurat.
Lantas, benarkah MBG jadi biang kerok dari semua ini? Dadan Hindayana memberikan penjelasan yang menenangkan, meski tetap waspada.
Menurutnya, insiden ini adalah yang pertama kali terjadi sejak program MBG dijalankan di wilayah tersebut. Namun ia memastikan pihaknya tidak tinggal diam.
“Musibah keracunan ini adalah kejadian pertama. Berbagai penyebab terus kami telusuri dengan teliti,” ujar Dadan.
Program MBG di Cianjur sendiri dilaksanakan oleh SPPG (Sentra Produksi Pangan Gizi), yang setiap harinya memproduksi ribuan porsi makanan bergizi untuk anak-anak sekolah. Angkanya bukan main-main.
Antara 2.071 hingga 3.470 porsi disiapkan setiap hari untuk memenuhi kebutuhan gizi siswa dari sembilan sekolah yang terdaftar sebagai penerima manfaat.
“Jumlah siswa yang terdampak akibat mengonsumsi Makan Bergizi Gratis, yaitu 52 dari 788 siswa MAN 1 dan 20 dari 167 siswa SMP PGRI 1. Semuanya telah ditangani dengan baik,” jelas Dadan lagi dalam keterangannya.
Apa yang terjadi tentu menjadi pelajaran besar. Baik bagi penyelenggara program, tenaga produksi makanan, hingga pengawas gizi di setiap sekolah.
Niat baik untuk menyehatkan generasi muda tak boleh dikalahkan oleh lemahnya pengawasan atau kurangnya kehati-hatian dalam proses produksi.
Di sisi lain, masyarakat pun diingatkan untuk tetap berpikir jernih dan tidak buru-buru menyalahkan program MBG secara keseluruhan.
Pemerintah telah menunjukkan itikad baik dengan respons cepat, kunjungan langsung dari kepala lembaga terkait, serta perawatan medis yang sigap.
Kejadian ini mengingatkan kita bahwa segala bentuk inovasi sosial, betapapun baiknya niat di baliknya, harus selalu diawasi secara ketat.
Jangan sampai program yang seharusnya menjadi solusi malah berubah jadi masalah baru. Kita semua tentu berharap, insiden ini bisa menjadi titik evaluasi demi perbaikan di masa mendatang.***