Jatengvox.com – Iran-Israel saling gempur ditandai dengan ledakan dan tembakan yang mengguncang langit Teheran pada Jumat (13/6/2025) bukan sekadar insiden biasa. Suara gemuruh dari sistem pertahanan udara Iran menjadi respons atas serangan besar-besaran yang diduga dilancarkan Israel.
Serangan tersebut menandai babak baru dalam konflik terbuka dua negara musuh bebuyutan, dengan korban jiwa yang mencapai ratusan orang.
Menurut laporan media Iran yang dikutip oleh Reuters, serangan Israel itu menewaskan sedikitnya 224 orang, termasuk beberapa pejabat militer tinggi Iran.
Di sisi lain, serangan balasan dari Iran yang dinamai Operasi Janji Sejati III atau True Promise III juga menyebabkan 24 warga Israel tewas.
Kota pelabuhan Haifa menjadi sasaran utama serangan Iran yang disebut-sebut sebagai bentuk pembalasan terhadap serangan Israel ke fasilitas militer dan nuklir Iran.
“Kami tidak memiliki pilihan lain selain membalas agresi rezim zionis,” tegas Duta Besar Iran untuk Indonesia, Mohammad Boroujerdi, dalam konferensi pers di Jakarta (17/6/2025).
Ketegangan Lama yang Kini Mendidih
Perseteruan Iran dan Israel memang bukan hal baru. Sejak Revolusi Islam 1979, hubungan keduanya memburuk total. Padahal, pada dekade 1950-an, kedua negara sempat menjadi sekutu dekat di bawah kepemimpinan Shah Mohammad Reza Pahlavi.
Namun sejak revolusi tersebut, berbagai bentuk perlawanan dilancarkan melalui kelompok proxy seperti Hamas dan Hizbullah.
Kini, untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, konflik itu berubah menjadi perang terbuka langsung, dengan kerugian yang besar dari kedua belah pihak.
Balas-Balasan dan Ancaman Nuklir
Israel selama ini mengandalkan kekuatan militer canggih dengan dukungan penuh dari Amerika Serikat. Jet tempur F-35 dan sistem pertahanan udara mutakhir seperti Arrow dan David’s Sling menjadi tulang punggung pertahanan.
Bahkan, pada April 2024, Israel berhasil mencegat 99 persen dari lebih 300 rudal dan drone yang diluncurkan Iran.
Di sisi lain, meski tak sekuat teknologi Israel, Iran punya keunggulan di sektor rudal balistik dan drone. Mereka juga memperkuat armada udaranya lewat kerja sama dengan Rusia, termasuk dengan pembelian Sukhoi Su-35.
Yang paling mengkhawatirkan, Iran kini telah memperkaya uranium hingga 90 persen—ambang batas untuk pembuatan senjata nuklir. Sejarah menunjukkan bahwa Israel tidak ragu menyerang fasilitas nuklir musuhnya, seperti yang terjadi di Irak pada 1981 dan Suriah pada 2007.
Ketika dunia mulai bereaksi terhadap situasi yang memanas, Iran tak tinggal diam. Dubes Iran di Indonesia, Mohammad Boroujerdi, mengungkapkan harapannya agar pemerintah Indonesia tetap mendukung perjuangan Iran, terutama di forum-forum internasional.
“Harapan kami adalah Indonesia, sebagai negara Muslim terbesar di dunia, terus mendukung Iran, khususnya di berbagai lembaga dan forum internasional,” ujarnya.
Ia juga mengapresiasi solidaritas yang ditunjukkan pemerintah dan masyarakat Indonesia, termasuk pernyataan keras terhadap agresi Israel. “Saya berterima kasih kepada pemerintah Indonesia sehubungan dengan sikap dan pernyataan yang telah disampaikan,” kata Boroujerdi.
Nasib WNI
Di tengah konflik yang makin memanas, Kementerian Luar Negeri RI memastikan kondisi 386 WNI di Iran dan 194 WNI di Israel dalam keadaan aman. Sebagian besar adalah pelajar, khususnya di Qom, Iran.
Direktur Pelindungan WNI Kemlu RI, Judha Nugraha, menyatakan bahwa 42 WNI peziarah di Yerusalem berhasil dipulangkan ke Indonesia melalui jalur darat ke Yordania. Selain itu, dua peziarah Indonesia di Iran juga telah dievakuasi ke Pakistan.
“Kami juga mencatat ada delapan jamaah haji, warga negara Indonesia yang berasal dari Inggris, yang juga tertahan di Amman, dan mereka juga sudah kembali ke Inggris,” ujarnya dalam jumpa pers daring (18/6/2025).
Judha juga menyampaikan bahwa Kemlu telah menyiapkan langkah-langkah kontingensi bersama KBRI di Teheran dan Amman. Status keamanan saat ini berada di Siaga Dua, namun akan segera ditingkatkan jika situasi semakin memburuk.
Imbauaan
Kemlu RI mengimbau masyarakat Indonesia untuk menunda perjalanan ke Iran, Israel, Suriah, Lebanon, dan Yaman.
Bahkan, untuk WNI yang hanya transit di wilayah udara Timur Tengah, disarankan untuk memastikan jadwal penerbangan terakhir karena kemungkinan pembatalan penerbangan akibat konflik.
“Bagi warga negara Indonesia yang memiliki rencana perjalanan ke Iran, Israel, Suriah, Lebanon, Yaman, kami menyarankan agar dapat menunda perjalanannya,” tegas Judha.
Tidak hanya Indonesia, negara-negara Asia lainnya pun mulai bergerak. China meminta warganya untuk segera meninggalkan wilayah konflik, sedangkan India menginstruksikan evakuasi dari Teheran.
Korea Selatan, Jepang, dan Malaysia juga meningkatkan level peringatan perjalanan. Sementara Thailand bersiap mengevakuasi warganya dari Israel jika situasi makin memburuk.***