Dedi Mulyadi Klarifikasi Status Aura Cinta, Bukan Lagi Anak Sekolahan

Jatengvox.com – Setiap zaman punya anak muda dengan karakter yang lantang dan berani. Tapi, saat sosok seperti Aura Cinta tampil di publik menentang kebijakan larangan wisuda anak sekolah, warganet pun terbelah.

Ada yang mendukung semangatnya, ada juga yang mempertanyakan status dan motif di balik aksinya.

Menariknya, Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi akhirnya buka suara, memberi penjelasan gamblang yang membuat publik tercengang.

Dalam sebuah video yang diunggah di akun Instagram pribadinya pada Selasa (29/4/2025), Dedi Mulyadi langsung menegaskan bahwa Aura sudah bukan remaja lagi.

Ia mengungkapkan, “Aura bukanlah anak remaja, tapi menurut saya sudah dalam kategori dewasa karena usianya sudah hampir 20 tahun, dan dia lulus SMA setahun yang lalu.”

Baca juga:  Program OASIS Schoolyards Jadi Bukti Sekolah Bisa Selamatkan Lingkungan Mulai dari Halaman Sendiri

Pernyataan ini seolah ingin meluruskan kesalahpahaman soal usia Aura yang selama ini dianggap masih belia.

Lebih jauh, Dedi Mulyadi membongkar fakta lain yang jarang diketahui publik: Aura kini telah menjadi bintang iklan.

“Dia sudah menjadi bintang iklan, sudah bisa mencari uang oleh dirinya sendiri. Jadi bukan kategori remaja apalagi anak-anak,” tambah Dedi.

Dengan statusnya yang mandiri secara finansial, narasi “remaja polos” yang sebelumnya melekat padanya pun otomatis dipertanyakan.

Di sela-sela pernyataannya, Dedi juga menyentil masalah yang jauh lebih besar yang sedang dihadapi masyarakat saat ini.

Ia berbicara tentang kerusakan lingkungan yang makin memprihatinkan — gunung yang dibabat, sungai yang kotor, udara yang tercemar, hingga laut yang tergerus abrasi.

Baca juga:  Program Makan Bergizi Gratis: Strategi Pemerintah Atasi Stunting dan Dorong Ekonomi Lokal

“Inilah problem kita hari ini, semoga sedikit demi sedikit saya bisa mendorong untuk melakukan perbaikan, mendorong spirit baru agar kita kembali ke alam. Agar kita menjadi orang yang mensyukuri atas apa yang Allah ciptakan,” ujarnya penuh harap.

Tak hanya masalah lingkungan, Dedi juga menyoroti kondisi remaja masa kini yang menurutnya sudah mengalami krisis nilai.

Ia menuturkan sebuah kisah nyata tentang seorang siswa SMP yang tega membunuh kakeknya hanya karena dilarang keluar malam.

“Salah satu contoh di sebuah daerah ada anak SMP membunuh kakeknya gara-gara dilarang pakai motor keluar jam sepuluh malam.

Kebiasaannya dia main mobile legend sampai jam 4 dini hari karena mendapat fasilitas wifi gratis di sebuah area taman,” bebernya.

Baca juga:  Prabowo Temui Megawati Tak Ada Komunikasi dengan Jokowi, DPP Gerindra Angkat Bicara

Namun, Dedi tidak menyebutkan secara spesifik lokasi kejadian tersebut.
Melihat fenomena ini, Dedi menekankan pentingnya aksi nyata, bukan hanya sekadar wacana atau diskusi di ruang-ruang seminar.

“Kita perlu tindakan nyata bukan hanya diskusi, wacana, kalau enggak saudara-saudara kita akan mengalami penyesalan karena anak-anaknya masuk di wilayah keterpurukan,” tuturnya.

Ia pun meminta maaf karena sering absen dalam berbagai undangan diskusi, lantaran ia lebih memilih turun langsung ke lapangan menyelesaikan berbagai persoalan.

Dalam penjelasannya, Dedi juga menggarisbawahi bahwa dialognya dengan Aura sesungguhnya bertujuan mulia — untuk membicarakan masa depan generasi muda.

“Yang perlu dipahami semua bahwa dialognya dengan Aura adalah dialog yang ingin menggambarkan tentang masa depan anak-anak,” katanya.***

Pos terkait

mandira-ads