Di kaki Gunung Sindoro, tepatnya di Desa Tlahab, Temanggung, sekelompok anak muda menciptakan gebrakan baru di dunia kopi. Mereka menamakan usahanya “Kopi Lereng Sindoro”, sebuah brand lokal yang kini mulai dikenal hingga luar daerah.
Awalnya, ide ini muncul dari keresahan sederhana: hasil panen kopi rakyat sering dijual murah kepada tengkulak tanpa memberi nilai tambah bagi petani.
Dari situ, para pemuda desa sepakat untuk mengubah cara pandang masyarakat terhadap kopi lokal. Mereka belajar langsung dari berbagai pelatihan pengolahan biji kopi hingga teknik roasting modern.
Dengan modal seadanya, mereka mulai memproduksi kopi bubuk kemasan sendiri, lengkap dengan desain label menarik yang khas pegunungan Sindoro.
Selain menjual produk, komunitas ini juga membuat “Kedai Lereng Sindoro”, tempat nongkrong dengan konsep alam terbuka yang menyuguhkan pemandangan sawah dan gunung.
Kedai ini tak hanya menjual kopi, tetapi juga menjadi ruang kreatif bagi anak muda desa untuk berdiskusi, berkarya, dan mengadakan berbagai acara seperti musik akustik serta pelatihan wirausaha kecil.
Menariknya, inovasi ini tidak hanya memberi dampak ekonomi, tetapi juga sosial. Petani kopi yang dulunya pasif kini lebih semangat menanam karena hasil panennya dihargai dengan layak. Bahkan, desa ini mulai sering dikunjungi wisatawan yang ingin merasakan pengalaman ngopi langsung dari sumbernya.
Kisah Kopi Lereng Sindoro menjadi bukti bahwa inovasi anak muda desa mampu membawa perubahan besar. Dari secangkir kopi, mereka membangun semangat kemandirian, melestarikan hasil bumi, dan memperkenalkan kearifan lokal ke dunia luar.
Aroma kopi dari lereng Sindoro kini bukan hanya wangi bijinya, tetapi juga wangi perjuangan generasi muda yang mencintai tanah kelahirannya.
Penulis : Muhammad Helmi Salim
Editor : Murni A













