Jatengvox.com – Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi) Meutya Hafid menyerukan pentingnya penggunaan teknologi secara bijaksana di tengah pesatnya perkembangan kecerdasan buatan (AI).
Dalam orasi ilmiahnya pada Wisuda ke-99 Universitas Pendidikan Nasional (Undiknas) di Nusa Dua, Bali, Senin (3/11/2025), Meutya menekankan bahwa kemajuan teknologi harus tetap berlandaskan nilai kemanusiaan, empati, dan etika.
“Saya ingin mengingatkan tentang nilai-nilai, dan saya rasa Bali menjadi tempat yang paling tepat untuk menyampaikan ini. Ketika teknologi secanggih dan secepat kecerdasan artifisial hadir, kita harus menjaga agar tidak kehilangan arah moral,” ujar Meutya di hadapan para wisudawan.
Menurutnya, Bali dengan tradisi budaya saling menghormati merupakan simbol bahwa kemajuan teknologi seharusnya berjalan seiring dengan etika.
“Teknologi harus kita jalankan dengan berempati dan beretika. Teknologi diciptakan untuk membantu manusia, bukan menjadi penguasa atas manusia,” tambahnya.
Dalam paparannya, Meutya mengingatkan agar manusia tidak kehilangan peran di tengah cepatnya perkembangan sistem teknologi.
“Karena teknologinya pintar, maka kita juga harus lebih pintar. Kita harus terus meningkatkan kapasitas diri. Tidak berhenti belajar, beradaptasi, dan berinovasi,” katanya.
Ia menegaskan bahwa kemajuan AI dan digitalisasi bukan untuk ditakuti, melainkan untuk dihadapi dengan kesiapan dan pengetahuan.
Adaptasi menjadi kunci agar manusia tetap berada di posisi memimpin, bukan dikendalikan oleh sistem yang mereka ciptakan sendiri.
Meutya juga menyoroti besarnya potensi ekonomi digital Indonesia yang saat ini telah mencapai lebih dari USD 90 miliar, dan diproyeksikan meningkat hingga USD 360 miliar pada tahun 2030.
Potensi tersebut, katanya, hanya bisa tercapai jika generasi muda aktif mengambil peran dalam transformasi digital.
“Masa depan ekonomi digital Indonesia ada di tangan anak muda. Mereka harus siap menghadapi perubahan, bukan hanya menjadi pengguna teknologi, tetapi juga pencipta inovasi,” ujar Waketum Partai Golkar tersebut.
Mengutip laporan World Economic Forum, Meutya menyebutkan bahwa pada tahun 2030 diperkirakan akan lahir 170 juta jenis pekerjaan baru, sementara 92 juta pekerjaan lama akan tergantikan oleh otomatisasi.
“Akan ada pekerjaan yang hilang, iya. Tapi ada lebih banyak pekerjaan baru yang tercipta. Jangan takut pada AI. Kita harus adaptif dan mampu membaca peluang,” tuturnya.
Editor : Murni A













