Jatengvox.com – Suasana ceria dan penuh tawa mengisi Vihara Karuna Phala di Dusun Niten, Desa Kenteng, Kec. Susukan, Kab. Semarang pada Kamis, 8 Agustus 2025.
Tiga belas anak dengan latar belakang agama Buddha duduk melingkar, antusias menyambut kedatangan mahasiswa KKN-MIT Ke-20 UIN Walisongo Posko 139.
Bukan ceramah formal yang mereka dapatkan, melainkan dongeng, permainan, dan diskusi santai tentang pentingnya kerukunan antarumat beragama.
Kegiatan ini adalah bagian dari upaya menanamkan nilai-nilai moderasi beragama sejak dini, dengan cara yang menyenangkan dan mudah dicerna oleh anak-anak.
Dusun Niten sendiri adalah contoh nyata harmoni sosial. Masyarakatnya yang terdiri dari pemeluk Islam, Buddha, dan Kristen hidup berdampingan dengan damai.
Keberagaman ini menjadi fondasi sempurna bagi mahasiswa KKN-MIT untuk menyampaikan pesan toleransi.
“Kami ingin anak-anak memahami bahwa perbedaan itu indah, seperti warna-warni pensil yang membuat gambar lebih hidup,” ujar salah satu mahasiswa sambil tersenyum.
Belajar Toleransi dengan Pensil Warna dan Dongeng Persahabatan
Sesi dimulai dengan analogi sederhana namun penuh makna: pensil warna.
“Bayangkan jika semua pensil warnanya sama, pasti gambarnya membosankan. Hidup juga begitu. Kita butuh perbedaan untuk menciptakan keindahan,” jelas seorang mahasiswa.
Anak-anak pun mengangguk, memahami pesan bahwa keberagaman adalah anugerah yang perlu dirayakan.
Kegiatan semakin seru ketika mahasiswa memperkenalkan “Tepuk Toleransi”, sebuah permainan interaktif yang mengajak anak-anak bekerja sama tanpa memandang latar belakang.
Tak kalah menarik, dongeng berjudul Monyet dan Kucing di Hutan berhasil menyita perhatian mereka.
Kisah ini mengajarkan bahwa persahabatan sejati tidak memaksa keyakinan, tetapi saling menghargai dan menyayangi meski berbeda.
Sebelum acara berakhir, anak-anak diajak mengucapkan “Janji Persahabatan” bersama-sama.
Dengan suara yang lantang, mereka berjanji untuk selalu menghargai, menyayangi, dan bersatu meskipun memiliki keyakinan yang berbeda. Momen haru ini menjadi penutup sempurna untuk kegiatan yang penuh makna.
Program kerja yang dilaksanakan oleh mahasiswa KKN ini merupakan sebuah langkah kecil yang mereka harapkan dapat membawa dampak besar bagi masa depan bangsa.
“Kami percaya, pendidikan toleransi harus dimulai sejak dini dengan cara yang menyenangkan, pesannya akan lebih mudah melekat di hati anak-anak,” ungkap salah satu mahasiswa KKN-MIT.
Vihara Karuna Phala, yang biasanya menjadi tempat ibadah, sore itu berubah menjadi ruang belajar penuh keceriaan. Ini membuktikan bahwa toleransi bisa ditanamkan di mana saja, asal dengan pendekatan yang tepat.
Mahasiswa KKN-MIT UIN Walisongo tidak hanya datang untuk mengajar, tetapi juga belajar dari keberagaman yang hidup di Dusun Niten.
Editor : Murni A