Jatengvox.com – Makanan bersantan adalah bagian tak terpisahkan dari banyak hidangan tradisional Indonesia. Mulai dari gulai, rendang, hingga opor ayam, semua menggunakan santan sebagai bahan utama yang memberikan cita rasa khas.
Namun, muncul kekhawatiran di kalangan masyarakat tentang dampak konsumsi santan terhadap kolesterol.
Apakah benar makanan bersantan dapat memicu kolesterol tinggi? Mari kita telusuri fakta di balik mitos ini.
Apa Itu Santan?
Santan adalah cairan kental yang dihasilkan dari perasan daging kelapa parut. Kaya akan lemak, santan sering kali dicap sebagai bahan yang tidak sehat karena kandungan lemak jenuhnya. Dalam satu cangkir santan, terkandung sekitar 57 gram lemak total, dengan sebagian besar di antaranya merupakan lemak jenuh.
Inilah yang sering dianggap berkontribusi terhadap peningkatan kadar kolesterol dalam darah, terutama kolesterol LDL, yang sering disebut sebagai “kolesterol jahat.”
Namun, ada lebih banyak hal yang perlu dipertimbangkan sebelum langsung menyimpulkan bahwa makanan bersantan otomatis memicu kolesterol tinggi.
Hubungan Lemak Jenuh dan Kolesterol
Lemak jenuh memang sering kali dihubungkan dengan peningkatan kadar kolesterol. Banyak penelitian menunjukkan bahwa konsumsi berlebihan lemak jenuh dapat meningkatkan kadar kolesterol LDL dalam tubuh.
LDL yang berlebihan berpotensi menyebabkan penumpukan plak di arteri, yang akhirnya bisa meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke.
Namun, tidak semua lemak jenuh bekerja dengan cara yang sama. Lemak jenuh dalam santan sebagian besar terdiri dari asam laurat, jenis asam lemak yang memiliki efek berbeda dibandingkan lemak jenuh lainnya.
Asam laurat diketahui mampu meningkatkan kadar HDL, atau “kolesterol baik,” yang dapat membantu mengurangi risiko penyakit jantung. Artinya, meskipun santan mengandung lemak jenuh, dampaknya pada kolesterol tubuh mungkin tidak seburuk yang sering dipikirkan.
Penelitian tentang Santan dan Kolesterol
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa konsumsi makanan bersantan dalam jumlah wajar tidak selalu berujung pada peningkatan kolesterol.
Sebuah studi yang dilakukan di Filipina, negara yang juga sering menggunakan santan dalam masakan tradisionalnya, menunjukkan bahwa masyarakat yang mengonsumsi santan secara teratur tidak mengalami peningkatan kadar kolesterol yang signifikan.
Sebaliknya, mereka yang memiliki pola makan seimbang, yang mencakup konsumsi santan dalam batas wajar, cenderung memiliki kadar kolesterol yang stabil.
Ini menunjukkan bahwa makanan bersantan tidak perlu dihindari sepenuhnya, asalkan dikonsumsi dengan bijak dan dalam porsi yang tidak berlebihan.
Faktor Lain yang Mempengaruhi Kolesterol
Penting untuk diingat bahwa kadar kolesterol dalam tubuh tidak hanya dipengaruhi oleh satu jenis makanan saja, tetapi oleh pola makan secara keseluruhan serta gaya hidup.
Mengonsumsi makanan tinggi lemak jenuh secara terus-menerus memang bisa meningkatkan kadar kolesterol, tetapi jika diimbangi dengan asupan serat yang cukup, sayuran, buah-buahan, dan aktivitas fisik yang teratur, risiko tersebut bisa diminimalkan.
Selain itu, faktor genetik juga memainkan peran penting dalam menentukan kadar kolesterol seseorang. Beberapa orang secara alami memiliki kadar kolesterol yang lebih tinggi meskipun pola makan mereka sudah sehat.
Oleh karena itu, mengontrol kolesterol bukan hanya tentang menghindari makanan bersantan, tetapi juga tentang menjalani gaya hidup yang seimbang dan memperhatikan faktor-faktor risiko lainnya.
Jadi, benarkah makanan bersantan memicu kolesterol? Jawabannya tergantung pada seberapa banyak dan seberapa sering Anda mengonsumsinya.
Santan memang mengandung lemak jenuh, tetapi jenis lemak yang terkandung dalam santan tidak selalu memiliki dampak negatif terhadap kadar kolesterol. Dengan pola makan yang seimbang dan konsumsi yang wajar, Anda masih bisa menikmati hidangan bersantan tanpa khawatir kolesterol Anda melonjak.