Jatengvox.com – Menjelang pertarungan krusial Timnas Indonesia di babak ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, banyak yang bertanya-tanya: mungkinkah skuad Garuda membalikkan keadaan dan lolos ke pentas dunia?
Sebuah misi yang tampak berat, namun tidak mustahil—terlebih ketika sang Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, tampil dengan keyakinan penuh.
Dalam situasi genting seperti ini, suara optimisme dari pucuk pimpinan menjadi angin segar bagi para pecinta sepak bola Tanah Air.
Dengan hanya menyisakan dua laga di Grup C, Indonesia kini berada di peringkat keempat klasemen dengan koleksi sembilan poin.
Harapan lolos secara otomatis ke Piala Dunia hanya bisa terjadi jika Timnas finis di posisi dua besar.
Posisi pertama sudah menjadi milik Jepang, sehingga laga melawan mereka dan satu lagi melawan China akan menjadi ujian akhir yang menentukan nasib anak-anak asuhan Patrick Kluivert.
“Jika kami menang melawan China dan Jepang, yang kedua pertandingan ini tidak mudah. Saya tidak ingin meremehkan keduanya apalagi Jepang, kami bermain tandang,” ujar Erick Thohir dalam kanal Youtube The Haye Way, Senin (21/4/2025).
Meski tidak mudah, ia menekankan pentingnya keyakinan dan mental bertarung tinggi dari para pemain.
Timnas akan lebih dahulu menghadapi China di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, pada 5 Juni 2025.
Dukungan suporter di kandang bisa jadi energi ekstra. Setelah itu, tantangan jauh lebih berat sudah menanti: bertandang ke Jepang pada 10 Juni 2025, tepatnya di Panasonic Stadium.
Sebuah laga hidup-mati melawan tim yang secara kualitas dan pengalaman jauh di atas kertas.
Namun, bukan Erick Thohir namanya kalau tidak percaya pada keajaiban sepak bola. Ia menegaskan bahwa meski sulit, peluang tetap ada.
“Sekali lagi, kami harus optimistis. Slot untuk posisi nomor dua tidak mudah, tetapi kami tidak pernah tahu. Sepak bola adalah sepak bola,” ungkap pria yang juga menjabat sebagai Menteri BUMN itu.
Pernyataan ini seolah jadi pengingat bahwa sepak bola tak selalu tunduk pada logika statistik dan ranking FIFA.
Bukankah sejarah mencatat banyak momen tak terduga dalam dunia si kulit bundar?
Apalagi, Indonesia sendiri telah menunjukkan taji dalam beberapa laga sebelumnya, meski ada pula kekalahan yang menyakitkan.
“Akan tetapi, sepak bola selalu 50-50. Saat kami percaya diri untuk imbang melawan Australia, malah dikalahkan 1-5. Itulah sepak bola,” sambungnya, merujuk pada realita bahwa hasil di lapangan bisa sangat berbeda dari prediksi.
Jika Indonesia mampu mengalahkan China, maka tiket posisi kedua klasemen akan semakin dekat.
Namun jika hasil tidak memihak, jalan terjal harus dilalui dengan mengikuti putaran keempat.
Di sisi lain, jika justru terperosok ke posisi kelima, maka petualangan Timnas akan terhenti sepenuhnya.
Sebagian orang mungkin menyebut harapan ini terlalu tinggi.
Namun justru dalam situasi semacam inilah, keyakinan dan motivasi bisa menjadi pembeda. Bukan hanya kemampuan teknis, tapi mental dan semangat juanglah yang menentukan.
Dalam perjalanan ke Piala Dunia, mimpi besar memang sering kali datang dengan tantangan besar pula.
Namun siapa pun yang mengikuti perkembangan Timnas dalam beberapa tahun terakhir tahu bahwa ada semangat baru, ada gairah baru yang coba dibangun Erick Thohir dan jajarannya.
Misi ini bukan sekadar tentang lolos atau tidak, tapi tentang membuktikan bahwa Indonesia bisa bersaing di panggung besar Asia—dan mungkin dunia.***
