Jatengvox.com – Seiring dengan pembentukan kabinet baru yang dipimpin oleh presiden terpilih Prabowo Subianto, publik dikejutkan dengan absennya nama Luhut Binsar Pandjaitan dalam jajaran menteri yang dipanggil untuk mengisi pemerintahan.
Meskipun Luhut dikenal sebagai sosok yang dekat dengan Prabowo dan sangat mendukungnya, dia menegaskan bahwa dirinya tidak tertarik untuk menduduki jabatan menteri di kabinet baru ini.
Pada kesempatan sebelumnya, Luhut sudah mengutarakan niatnya untuk pensiun sebagai menteri.
Pernyataannya tersebut jelas mengindikasikan bahwa meski mendukung penuh Prabowo dan Gibran dalam pemerintahan baru, Luhut memilih untuk tidak lagi memegang peran eksekutif.
“Beliau (Prabowo) sudah minta (jadi menteri). Saya sudah sampaikan, kalau untuk jadi menteri saya tidak,” ungkap Luhut ketika diwawancarai di Kura Kura Bali beberapa waktu lalu.
Meski demikian, Luhut menegaskan bahwa dirinya tetap siap membantu Prabowo, namun dengan kapasitas yang berbeda.
Mantan Jenderal Kopassus tersebut menyebut dirinya siap mendukung presiden terpilih tersebut sebagai penasihat.
“Tapi saya siap membantu sesuai permintaan beliau sebagai penasihat, kalau itu masih diminta,” tambah Luhut.
Luhut, yang saat ini menjabat sebagai Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, tidak termasuk dalam daftar tokoh yang dipanggil Prabowo ke kediamannya di Kertanegara, Jakarta Selatan.
Prabowo diketahui telah memanggil sejumlah tokoh partai politik dan kalangan profesional ke Kertanegara untuk mengisi posisi menteri, wakil menteri, serta kepala badan di kabinet yang akan datang.
Pada pertemuan tersebut, sekitar 49 calon menteri telah hadir di kediaman Prabowo, dengan tambahan 10 posisi wakil menteri dan kepala badan yang juga telah dipanggil pada hari berikutnya.
Proses pembekalan bagi para calon menteri ini dilaksanakan di Padepokan Garuda Yaksa, Hambalang, Bogor, pada Rabu, 16 Oktober 2024.
Dengan keputusannya untuk menolak jabatan menteri, Luhut memantapkan posisinya sebagai sosok senior yang ingin memberikan ruang kepada generasi berikutnya, meskipun ia tetap ingin berkontribusi dalam kapasitas lain.
Keputusan ini sejalan dengan keinginannya untuk menikmati masa pensiun, meskipun keterlibatannya dalam pemerintahan masih bisa diandalkan melalui peran penasihat.***