Perempuan memiliki peran krusial untuk mencetak peradaban. Tagline perempuan sebagai madrasah al-ula menjadi sebuah tanggungjawab dalam melahirkan generasi-generasi yang unggul.
Sudah tidak zamannya perempuan dibiarkan dalam rumah untuk melakukan 3M (macak, masak, dan manak). Perempuan harus menjadi orang yang memiliki keunggulan baik intelektual, finansial, emosional, dan spiritual.
Zaman Nabi Muhammad telah memberikan bukti seorang tokoh perempuan Islam yang terkenal sepanjang zaman sebab kecerdasannya dalam menciptakan peradaban baru Islam.
Aisyah binti Abu Bakar, dengan berbagai pemikiran yang dimiliki telah melampaui zaman. Menjadi istri Nabi Muhammad yang mendapat julukan Humaira karena wajahnya yang berwarna kemerah-merahan.
Aisyah lahir pada Syawal, 9 sebelum hijriyah atau bertepatan pada Juli 614 M. Bertepatan sekitar 4 atau 5 tahun setelah kenabian. Aisyah lahir dari seorang ibu Ummu Ruman dan ayah Abu Bakar.
Dalam sejarah nabi disebutkan bahwa Aisyah dinikahi Nabi Muhammad pada tiga tahun setelah kepergian Ibu Khadijah. Menikah di usia yang tergolong dini, 6 tahun dan 9 tahun hidup serumah dengan Rasulullah.
Kemudian, pada usia 18 tahun, Aisyah sudah ditinggal pergi Rasulullah. Aisyah adalah satu-satunya istri nabi yang menikah masih menyandang status perawan.
Sungguh sangat mulia, Nabi Muhammad menikahi Aisyah, merupakan wahyu dari Allah melalui sebuah mimpi Nabi Muhammad yang kemudian diceritakan kepada Aisyah, “Aku melihatmu dalam mimpiku selama tiga malam.
Seketika itu, datanglah malaikat bersamamu dan berkata, “Ini adalah istrimu.”
Tidak hanya sebatas istri Rasulullah, Aisyah memiliki kecerdasan-kecerdasan yang sangat luar biasa. Kecerdasan pikirannya tidak kalah jauh dengan pesona kecantikan dan keanggunan tubuhnya.
Perempuan cerdas itu memiliki ingatan yang sangat kuat dan pandai dalam memecahkan perkara, bahkan kerap kali Rasulullah menjadikannya sebagai sumber otoritatif terhadap hadits dan pengetahuan fikih Islam.
Aisyah memiliki sikap kritis terhadap permasalahan. Ia pernah protes terhadap hadits riwayat Abu Hurairah,”Seorang perempuan masuk neraka karena ia membiarkan kucing betina kecil kehausan.” Ketika itu, Aisyah komentar dengan kalimat, “Apakah iya, Allah akan menghukum seseorang karena seekor kucing? Wahai Abu Hurairah, lain kali jika meriwayatkan hadits nabi, berhati-hatilah.”
Kecerdasan yang dimiliki Aisyah ini menjadikan para sahabat mengakui keotoritasan Aisyah dalam berbagai ilmu pengetahuan.
Aisyah menjadi salah seorang perempuan yang mengembangkan hadits hingga sampai kepada periwayatan. Ia telah berhasil meriwayatkan hadits hingga 2210.
Aisyah merupakan perempuan yang memiliki kapasitas keilmuan yang mendalam. Bahkan disaat Rasulullah meninggal, segala macam pemahaman bidang keilmuan Islam, Aisyah menjadi rujukan pertama umat muslim.
Sebagaimana dia yang lebih detail dalam memahami dan mengamati secara langsung segala perkataan, perbuatan, tindakan, dan ketetapan nabi.
Ibnu Katsir sebagai pakar tafsir memberikan kesaksian atas luasnya pengetahuan Aisyah. Ia mengatakan bahawa ia tidak pernah mendapati seorang pun yang memiliki kekuatan ingatan, luasnya lautan keilmuannya, kefasihan, dan kecerdasan akal.
Tidak hanya Ibnu Katsir, Imam az-Zuhri pun menyatakan bahwa Aisyah merupakan satu-satunya perempuan yang sangat unggul jika dibandingkan dengan perempuan-perempuan lain.
Wawasan keilmuan Aisyah itu muncul saat hari-harinya mendapatkan siraman ilmu dari Rasulullah. Tempat tinggalnya berdampingan dengan masjid nabawi dan tempat itulah banyak wahyu yang turun.
Masalah keagamaan, ilmu kedokteran, genealogi, dan syair ia tekuni. Disamping itu, ia tanamkan ilmu pengetahuan yang ia dapatkan dengan selalu membaca.
Disisi itu pula waktu yang ia dapatkan untuk selalu bertanya kepada Rasulullah sangat banyak dan intensif, terlebih masalah pemahaman al-Qur’an dan hadits.
Perempuan yang supertinggi intelektualnya itu masuk dalam jajaran para intelektual muslim disamping Ali bin Abi Thalib, Abdullah bin Abbas, dan Abdullah bin Umar.
Aisyah juga disebut sebagai pusat pendidikan umat muslim, sekaligus orator yang sangat ulung dalam mendeklarasikan kebenaran. Kesederhanaan Aisyah menjadikan sosok figur yang patut diteladani.
Berkat kecerdasan intelektual yang dimiliki, ia menjadi seorang kontributor perempuan dalam kemajuan peradaban dunia, terkhusus Islam.***
Oleh: Hanik As’adah