Bulan Ramadhan: Cahaya di Antara Kegelapan

Jatengvox.com – Ramadhan selalu datang dengan membawa kesejukan. Bulan suci ini bukan sekadar momen menahan lapar dan haus, tetapi juga perjalanan spiritual yang mengajarkan kesabaran, keikhlasan, dan kepedulian.

Setiap fajar yang menyingsing di bulan Ramadhan menghadirkan harapan, dan setiap senja yang tiba mengingatkan bahwa kesabaran selalu berbuah manis.

Di sudut-sudut kota, suara adzan Maghrib menggema, mengisyaratkan waktu berbuka. Anak-anak berlarian di gang-gang kecil, membawa takjil yang mereka dapatkan dari masjid terdekat.

Baca juga:  Puasa Lancar, Kerja Tetap Fokus: Strategi Mengatur Aktivitas Harian

Para ibu menyiapkan hidangan berbuka dengan penuh cinta, sementara para ayah kembali dari masjid dengan wajah yang damai setelah menunaikan shalat berjamaah.

Di malam hari, suasana semakin syahdu. Langit tampak lebih cerah, seolah bintang-bintang ikut merayakan keagungan bulan suci ini.

Baca juga:  Kegiatan Ramadhan untuk Anak-Anak agar Lebih Bermakna

Di masjid-masjid, lantunan ayat suci Al-Qur’an menggema dalam salat tarawih, membawa ketenangan bagi hati yang gelisah.

Ramadhan adalah bulan refleksi, di mana setiap orang diajak untuk merenungi hidupnya. Bagi mereka yang biasa bergelimang dengan kesibukan dunia, Ramadhan seolah menjadi jeda untuk kembali mendekat kepada Tuhan.

Bagi mereka yang sering lupa berbagi, bulan ini menjadi pengingat bahwa kebahagiaan sejati terletak pada memberi.

Baca juga:  Bolehkah Sahur saat Adzan Subuh? Ini Jawaban Berdasarkan Hadits dan Pendapat Ulama

Ketika akhirnya bulan suci ini berlalu, hati terasa berat untuk melepaskannya. Namun, Ramadhan selalu meninggalkan jejak: kebiasaan baik yang semoga tetap hidup di bulan-bulan berikutnya.

Karena sejatinya, Ramadhan bukan sekadar bulan dalam kalender, tetapi cahaya yang menerangi jiwa jika kita mampu menjaganya.***

Pos terkait

mandira-ads