Jatengvox.com – Di era digital seperti sekarang, media sosial telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari.
Mulai dari membagikan momen pribadi, mendapatkan informasi terbaru, hingga menjalin relasi, semua bisa dilakukan hanya dengan sentuhan jari.
Namun, di balik manfaat yang ditawarkan, muncul pula pertanyaan besar: apa dampak media sosial terhadap kesehatan mental?
Ketergantungan dan Kecemasan yang Meningkat
Salah satu dampak paling nyata dari penggunaan media sosial adalah meningkatnya kecemasan.
Notifikasi yang terus muncul, keinginan untuk selalu terhubung, dan tekanan untuk tampil “sempurna” bisa memicu rasa gelisah berlebihan.
Tanpa disadari, banyak orang merasa tidak tenang jika tidak membuka aplikasi media sosial dalam jangka waktu tertentu.
Kondisi ini bisa berkembang menjadi ketergantungan digital, di mana seseorang merasa cemas, kehilangan fokus, atau bahkan marah ketika akses ke media sosial terganggu.
Hal ini tentu mempengaruhi kualitas hidup secara keseluruhan, termasuk produktivitas dan hubungan interpersonal.
Perbandingan Sosial dan Rasa Tidak Percaya Diri
Media sosial sering kali menjadi ajang pamer kesuksesan, kebahagiaan, dan pencapaian. Tanpa filter realitas, unggahan-unggahan ini bisa menciptakan ilusi bahwa orang lain hidup lebih baik, lebih bahagia, atau lebih sukses.
Akibatnya, banyak pengguna merasa hidupnya tertinggal, tidak cukup baik, atau bahkan gagal.
Fenomena ini dikenal sebagai perbandingan sosial, dan dampaknya sangat nyata terhadap kesehatan mental.
Rasa iri, rendah diri, bahkan depresi ringan bisa muncul hanya karena melihat unggahan orang lain yang tampak sempurna.
Padahal, kenyataannya tidak ada kehidupan yang benar-benar tanpa masalah.
Gangguan Tidur Akibat Paparan Layar
Penggunaan media sosial yang berlebihan, terutama menjelang tidur, bisa menyebabkan gangguan tidur.
Cahaya biru dari layar gadget menghambat produksi hormon melatonin yang berperan dalam mengatur siklus tidur.
Akibatnya, banyak pengguna mengalami kesulitan tidur atau tidur tidak nyenyak.
Kualitas tidur yang buruk tidak hanya berdampak pada fisik, tetapi juga memperburuk kondisi psikologis.
Seseorang yang kurang tidur cenderung lebih mudah marah, stres, dan mengalami penurunan konsentrasi.
Media Sosial dan Isolasi Sosial
Meskipun secara teknis menghubungkan satu sama lain, media sosial bisa membuat seseorang merasa semakin terisolasi secara emosional.
Interaksi yang terjadi sering kali dangkal dan tidak memberikan kehangatan emosional seperti halnya percakapan langsung.
Akibatnya, muncul perasaan kesepian dan tidak punya teman sejati.
Ironisnya, semakin merasa kesepian, semakin besar pula keinginan untuk mencari pelarian di media sosial.
Ini menciptakan siklus yang sulit diputuskan, dan dalam jangka panjang bisa mengarah pada masalah kesehatan mental yang lebih serius.
Strategi Menjaga Kesehatan Mental di Era Media Sosial
Bukan berarti media sosial harus dihindari sepenuhnya. Yang dibutuhkan adalah pengelolaan yang bijak.
Berikut beberapa langkah sederhana yang bisa membantu menjaga kesehatan mental:
– Batasi waktu penggunaan media sosial setiap hari. Gunakan fitur screen time atau aplikasi pengatur waktu jika perlu.
– Kurasi konten yang Anda konsumsi. Unfollow akun yang membuat Anda merasa buruk tentang diri sendiri dan ikuti akun yang memberi inspirasi positif.
– Prioritaskan interaksi nyata dengan keluarga dan teman. Sesekali, tinggalkan gadget dan nikmati obrolan langsung.
– Ambil waktu untuk detoks digital, misalnya satu hari tanpa media sosial setiap minggu.
– Jika merasa cemas, sedih, atau stres berkepanjangan akibat media sosial, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional.
***