Gen Z dan Fenomena Belanja Impulsif di Marketplace

Gen Z dan Fenomena Belanja Impulsif di Marketplace
Gen Z dan Fenomena Belanja Impulsif di Marketplace

Jatengvox.com – Gen Z dan fenomena belanja impulsif di marketplace tengah menjadi bahan perbincangan hangat.

Banyak data menunjukkan bahwa generasi yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012 ini adalah konsumen yang paling aktif di platform e-commerce.

Namun yang mengejutkan, mereka juga dikenal sebagai kelompok yang paling rentan terhadap perilaku belanja impulsif—alias membeli barang tanpa perencanaan matang, hanya karena tergoda promo atau diskon dadakan.

Di balik kemampuan digital dan literasi teknologi mereka yang tinggi, Gen Z justru kerap terjebak dalam pola konsumsi yang cenderung emosional.

Marketplace dengan fitur-fitur seperti “flash sale“, “checkout dalam 2 klik”, atau “diskon eksklusif 11.11” memicu efek FOMO (Fear of Missing Out) yang sangat kuat di benak mereka.

Akibatnya, tanpa sadar, mereka mengisi keranjang belanja hanya untuk meredakan stres atau sekadar ikut tren.

Baca juga:  Slow Living: Rahasia Hidup Tenang di Dunia yang Serba Cepat dan Bising
Marketplace Sebagai Tempat Pelarian

Marketplace kini bukan hanya tempat jual-beli barang, tapi juga sudah menjadi ruang hiburan.

Saat Gen Z merasa bosan, cemas, atau stres, scrolling katalog produk bisa menjadi cara instan untuk menenangkan pikiran.

Inilah yang membuat fenomena belanja impulsif di kalangan Gen Z semakin sulit dikendalikan.

Menurut riset dari Populix tahun 2024, sekitar 63% Gen Z di Indonesia mengakui pernah melakukan pembelian impulsif, terutama saat ada notifikasi promo masuk ke ponsel mereka.

Ironisnya, mayoritas dari mereka baru menyesal setelah pembayaran berhasil dilakukan.

Salah satu faktor utama yang memperkuat fenomena belanja impulsif di marketplace adalah algoritma digital yang disesuaikan dengan preferensi pengguna.

Begitu seseorang mengklik produk A, sistem langsung merekomendasikan produk serupa dalam waktu singkat.

Belum lagi peran para influencer di TikTok atau Instagram yang dengan mudahnya me-review barang, memberikan kode promo, dan membuat konten bertema “haul” atau “checkout bareng-bareng”.

Baca juga:  Mengapa Konsumsi Sayuran Hijau Sangat Penting untuk Tubuh

Bagi Gen Z yang sangat mudah terhubung dan terpengaruh secara sosial, hal ini menimbulkan tekanan untuk tidak ketinggalan.

Keinginan untuk menjadi bagian dari tren atau komunitas digital membuat keputusan belanja jadi tidak rasional.

Bukan karena butuh, tapi karena takut dianggap ‘ketinggalan zaman’.

Apakah Ini Bahaya atau Bentuk Baru Gaya Hidup?

Sebagian menyebut ini sebagai bagian dari gaya hidup modern—konsumsi cepat, serba instan, dan berbasis impuls.

Tapi jika tidak dikendalikan, kebiasaan ini bisa berdampak buruk pada kondisi finansial Gen Z ke depan.

Mereka bisa terjebak dalam utang PayLater, kehabisan dana darurat, atau bahkan kecanduan belanja online sebagai pelarian emosional.

Psikolog keuangan, Nurul Anisa, menyebutkan bahwa “Belanja impulsif bukan hanya soal uang, tapi juga tentang bagaimana seseorang mengelola dorongan dan emosi. Pada Gen Z, tren ini semakin sulit dibendung karena semua sistem digital seolah-olah dirancang untuk menggoda mereka.”

Baca juga:  Mengapa Gen Z Lebih Suka Menjadi Freelancer daripada Karyawan Tetap?

Apa Solusinya? Edukasi Digital dan Kontrol Emosi

Untuk meredam fenomena belanja impulsif di kalangan Gen Z, diperlukan kombinasi edukasi finansial sejak dini dan kemampuan mengelola emosi. Beberapa langkah berikut bisa jadi solusi:

– Mengaktifkan fitur reminder atau filter belanja di aplikasi.

– Membuat daftar kebutuhan sebelum membuka marketplace.

– Menghindari notifikasi promo.

– Mengikuti akun edukasi keuangan dan bukan hanya influencer belanja.

– Membiasakan diri dengan budgeting mingguan atau bulanan.

Marketplace dan Gen Z adalah kombinasi yang tak bisa dipisahkan. Namun, dengan kontrol dan kesadaran yang tepat, belanja bisa menjadi aktivitas menyenangkan sekaligus produktif—bukan jebakan finansial yang terus menghantui.***

Pos terkait

mandira-ads