Jatengvox.com – Kalau bicara soal musisi yang nggak cuma jago di panggung tapi juga vokal soal isu-isu sosial dan politik, nama Green Day jelas nggak bisa dilewatkan.
Band legendaris asal Amerika Serikat ini lagi-lagi bikin publik terenyuh dan bangga, setelah aksi panggungnya di gelaran festival musik Coachella 2025 viral di media sosial.
Tapi bukan cuma soal performa energik mereka—yang memang selalu ditunggu-tunggu—melainkan soal pesan kuat yang mereka bawa.
Dalam momen yang bikin merinding itu, Green Day menyelipkan dukungan terbuka mereka terhadap Palestina.
Band yang digawangi oleh Billie Joe Armstrong ini memang udah lama dikenal nggak segan menyuarakan suara-suara yang kerap dibungkam.
Namun, kali ini, mereka menunjukkan keberpihakan yang lebih terang-terangan, tepat di depan ribuan penonton yang memadati area Coachella.
Salah satu titik paling menyentuh datang saat mereka membawakan lagu ikonik mereka, Jesus of Suburbia.
Bukan sekadar membawakan seperti biasanya, Billie Joe Armstrong mendadak mengubah salah satu bagian liriknya.
Dengan suara lantang dan ekspresi penuh makna, ia menyanyikan:
“Running away from pain like the kids from Palestine, tales from another broken,”
Seketika suasana jadi menggema. Riuh tepuk tangan, sorakan, dan bahkan air mata tampak di antara lautan manusia.
Lirik yang diubah itu seolah menjadi doa di tengah dentuman musik. Sebuah pengingat bahwa di balik gegap gempita festival musik, ada tragedi kemanusiaan yang tak boleh dilupakan.
Potongan video saat Billie Joe melantunkan lirik yang diubah itu langsung menyebar luas di media sosial.
Salah satunya diunggah oleh akun X (dulu Twitter) @queefistt, dan langsung viral. Banyak warganet yang merasa bangga, terharu, dan bahkan ada yang menyebut bahwa momen itu adalah “highlight emosional” dari Coachella tahun ini.
Memang bukan hal baru bagi Green Day untuk membawa isu-isu politik ke atas panggung. Tapi momen kali ini terasa berbeda.
Mungkin karena dilakukan di event sekelas Coachella yang begitu besar, dengan sorotan media internasional yang tak terelakkan.
Atau bisa juga karena situasi di Palestina yang memang sedang menjadi sorotan dunia, membuat dukungan tersebut terasa lebih dalam dan penuh empati.
Beberapa warganet bahkan menyebut bahwa ini adalah bentuk keberanian yang nyata.
Di tengah dunia hiburan yang seringkali diwarnai sikap netral atau bahkan menghindari isu-isu sensitif, Green Day justru mengambil sikap dan tidak takut akan risiko.
Aksi mereka di atas panggung tidak hanya jadi sorotan media, tapi juga menginspirasi banyak orang untuk lebih peduli pada kemanusiaan.
Apalagi ketika dukungan itu datang dalam bentuk yang sangat emosional seperti lirik lagu.
Bukan sekadar pernyataan dalam wawancara, tapi benar-benar diungkapkan lewat seni yang mereka kuasai—musik.
Bukankah itu salah satu kekuatan terbesar musik? Menyuarakan yang tak terdengar, menggetarkan hati yang tak tersentuh.
Penonton Coachella yang menyaksikan langsung momen itu pun nggak tinggal diam.
Mereka ikut bersorak, bertepuk tangan, dan beberapa terlihat mengangkat tangan mereka sebagai bentuk dukungan.
Ada semacam keheningan emosional yang muncul beberapa detik setelah lirik itu dinyanyikan—seolah semua orang di tempat itu memahami, ini bukan sekadar pertunjukan biasa.
Meski hanya beberapa detik dalam satu lagu, dampaknya begitu besar.
Aksi ini membuktikan bahwa Green Day bukan cuma band punk rock yang penuh energi dan kritik sosial, tapi juga punya empati yang luar biasa terhadap penderitaan yang terjadi di belahan dunia lain.***