Chiki Fawzi: Bisnis, Loyalitas, dan Serangan Buzzer karena Pilihan Politiknya

Jatengvox.com – Chiki Fawzi dikenal sebagai seniman yang juga mendirikan brand Chikigo, sebuah merek yang tidak hanya menawarkan produk fashion, tetapi juga menyebarkan pesan sosial.

Terinspirasi dari latar belakangnya di dunia pendidikan dan gerakan sosial, Chiki menanamkan nilai kebaikan dalam produknya, termasuk dalam seri jaket bertuliskan “Kebaikan Itu Menular”.

Chiki mengungkapkan bahwa kalimat tersebut berasal dari pemikiran Anies Baswedan,

“One good thing leads to another,” yang menurutnya mencerminkan bahwa kebaikan tidak memiliki batas. “Saya sangat terinspirasi dari beliau,” ujar Chiki, dikutip dari kanal Podcast Pedjuang, Sabtu (15/2/2025).

Chiki juga mengaku telah lama menjadi pendukung Anies, bahkan sebelum istilah “anak Abah” populer di kalangan pendukung mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut.

“Bahkan, sebelum istilah itu populer, saya sudah mendukung beliau, termasuk saat Pilgub DKI Jakarta 2017,” tambahnya.

Sejak bergabung dengan gerakan Indonesia Mengajar, yang merupakan turunan dari gerakan yang digagas Anies, Chiki semakin aktif dalam berbagai kegiatan sosial.

“Kenapa saya ikut bantu? Karena sejak dulu saya memang mengidolakan Pak Anies,” katanya.

Chiki juga membagikan kisah yang lebih personal, yakni hubungan ibunya, almarhumah Marissa Haque, dengan keluarga Anies Baswedan.

“Ibu pernah cerita, waktu beliau kuliah di Amerika dengan beasiswa, biaya hidupnya mahal. Saat itu, Bu Fery sering membantunya dengan menyediakan makanan hangat,” ungkapnya.

Maka tak heran, ketika Pilpres 2024 berlangsung, Chiki turut berkontribusi aktif mendukung Anies.

“Saya senang karena ibu juga senang, meskipun beliau sempat khawatir dengan risiko yang saya hadapi. Tapi ayah bilang, saya sudah dewasa dan bisa memilih yang terbaik untuk diri saya,” katanya.

Menurutnya, dukungan ini juga menjadi bentuk rasa terima kasih kepada keluarga Anies yang pernah membantu ibunya.

“Saya merasa bisa membayar kebaikan Bu Fery kepada ibu,” ucapnya.

Chiki mengaitkan brand Chikigo dengan gerakan AMIN (Anies-Muhaimin), termasuk dengan menciptakan jaket yang dikenakan Anies dalam acara “Desak Anies” di Padang.

“Misalnya, jaket yang dipakai Pak Anies saat acara Desak Anies di Padang dengan kutipan dari Buya Hamka. Banyak orang suka dan beli produk itu,” katanya.

Namun, ia mengaku tidak bisa menerapkan semua kutipan inspiratif dari Anies dalam produknya.

“Waktu acara Desak Anies, banyak banget kutipan bagus, saya sampai nggak sempat bikin semuanya,” ujarnya.

Dukungan Chiki terhadap Anies ternyata tak lepas dari risiko. Ia mengungkapkan bahwa toko onlinenya tiba-tiba hilang tanpa alasan yang jelas.

“Saya merasa itu karena keterlibatan saya dalam politik, membantu Pak Anies. Tapi saya sudah siap dengan risiko itu. Alhamdulillah, ada dukungan dari teman-teman,” katanya.

Serangan dari buzzer pun semakin menjadi ketika ibunya meninggal.

“Ada yang bilang, ‘Pendukung Abah satu-satunya, nyawanya diambil.’ Itu banyak banget. Saya sampai gemetar,” kenangnya.

Namun, di balik semua itu, ia justru menemukan banyak kisah baik tentang ibunya.

“Banyak yang bercerita tentang kebaikan ibu, seperti memberi makan mahasiswa dan menyekolahkan anak-anak secara diam-diam. Saya baru tahu bahwa ibu punya banyak anak asuh,” katanya.

Selain itu, serangan personal terhadap dirinya pun tak jarang muncul.

“Banyak yang menghina saya karena belum menikah, menyuruh saya urus pernikahan saja daripada mendukung Anies. Niat mereka ingin menjatuhkan mental saya,” ujarnya.

Meski menghadapi banyak tantangan, Chiki tetap teguh dengan pendiriannya.

Ia menegaskan bahwa dukungannya untuk Anies bukan karena kepentingan politik, melainkan karena nilai-nilai yang ia yakini.

“Saya ini seniman dan pengusaha. Mungkin, saya dan teman-teman merasa bahwa mendukung Anies adalah sesuatu yang lebih besar dari sekadar impian pribadi,” jelasnya.

Meski menghadapi banyak rintangan, Chiki Fawzi tetap berdiri teguh dengan prinsipnya.

Baginya, menyebarkan kebaikan adalah hal utama, baik melalui gerakan sosial maupun bisnis yang ia jalankan.

“Kebaikan itu menular,” katanya, dan ia ingin terus menebarkan nilai itu, apa pun risikonya.

***