Jatengvox.com – Di Desa Gumelem, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, ratusan warga setiap tahun berkumpul untuk menggelar tradisi Gethekan sebuah perayaan sebagai ungkapan rasa syukur atas hasil panen raya.
Tradisi ini merupakan salah satu warisan leluhur yang telah dilestarikan turun-temurun, menunjukkan kedekatan masyarakat dengan alam dan penghormatan terhadap nilai-nilai tradisi budaya.
Kepala Desa Gumelem Wetan, Arief Machbub, menegaskan bahwa Gethekan adalah salah satu bentuk syukur kepada Tuhan atas anugerah panen yang melimpah.
“Tradisi ini bagian dari ungkapan rasa syukur pada Sang Pencipta atas anugerah dan rizki yang diberikan,” ujar Arief.
Sebagai simbol kebersamaan, para warga berkumpul di Paseban Agung Gumelem dengan membawa tenong berisi nasi tumpeng dan lauk lengkap, yang kemudian didoakan bersama sebelum dinikmati seluruh warga.
Dalam kegiatan Gethekan, warga juga melakukan ziarah ke situs-situs bersejarah di Desa Gumelem, seperti Petilasan Ki Ageng Giring dan makam Ki Ageng Gumelem atau yang dikenal juga sebagai K. Hasan Besari.
ini adalah bentuk penghormatan kepada leluhur yang dipercaya membawa berkah dan kemaslahatan bagi warga Desa Gumelem.
“Kita memiliki banyak tradisi yang harus dilestarikan, mulai dari upacara adat Ujungan sebagai satu ritual meminta hujan, Nyadran Gedhe menjelang Ramadan, dan kali ini Gethekan,” tambah Arief, pada Jumat (1/11/2024).
Bagi masyarakat, kegiatan seperti Gethekan ini bukan hanya sekadar tradisi, namun juga ajang silaturahmi dan mempererat persaudaraan antarwarga.
Menurut Arief, tradisi ini merupakan bagian dari nilai “among rasa, among raga, dan among budaya,” yang mencerminkan keseimbangan antara rasa, tubuh, dan budaya.
Di sisi lain, Heni Purwono, Ketua Tim Ahli Cagar Budaya (TACB) Banjarnegara, menyoroti pentingnya pelestarian situs-situs budaya di Desa Gumelem.
Menurutnya, banyak situs budaya di Gumelem yang seharusnya segera ditetapkan sebagai Cagar Budaya untuk melindungi kelestariannya.
“Beberapa objek seperti pintu, pagar, dan cungkup makam terlihat rusak dan perlu diperbaiki sesuai kaidah pelestarian cagar budaya. Jangan sampai budaya Gumelem yang dinamis terbengkalai dan tidak dirawat,” ujarnya.
Upacara dan tradisi seperti Gethekan memiliki nilai budaya tinggi yang mencerminkan jati diri masyarakat Desa Gumelem.
Dengan melestarikan tradisi ini, warga tidak hanya mempererat kebersamaan tetapi juga menjaga warisan leluhur yang berharga. Tradisi ini diakhiri dengan makan bersama seluruh warga sebagai simbol syukur dan kebersamaan.***