Menurut Agus, ayah bisa mulai berperan dengan menyediakan buku-buku menarik di rumah, sehingga anak-anak bisa lebih tertarik untuk membaca.
Tidak hanya sekadar menyediakan buku, ayah juga perlu meluangkan waktu untuk membacakan cerita kepada anaknya.
“Selain membangun hubungan dengan anak, dalam cerita kan banyak hal-hal yang dibacakan dengan nada pria untuk mengajarkan maskulinitas. Ibu tidak mungkin bisa melakukan itu,” ungkap Agus.
Lebih lanjut, Agus menjelaskan bahwa dengan membaca dan mendengarkan cerita secara teratur, anak-anak dapat memperkaya kosakata mereka.
Ini akan membantu mereka mengembangkan keterampilan berbicara dengan lebih baik.
“Kalau anak banyak kosakata atau wicara, anak akan mengurangi wiraganya, sehingga menghindarkan anak dari suka memukul, menendang, dan hal fisik lainnya,” ujar Agus.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari Kepala KB-TK IT Permata Hati, Hartuti.
Ia berharap, acara parenting semacam ini dapat meningkatkan kesadaran orang tua akan pentingnya literasi berbasis keluarga.
“Selain membangun budaya literasi kami juga sisipkan materi tentang kekeluargaan dan pengasuhan anak,” ujarnya.
Dengan adanya kegiatan seperti ini, diharapkan tumbuh kembang anak akan semakin optimal, mengingat pendidikan sejatinya dimulai dari rumah, bukan hanya di sekolah.
Melibatkan ayah dalam proses literasi ini menjadi langkah penting untuk menciptakan suasana belajar yang lebih seimbang dan menyenangkan bagi anak.***