Jatengvox.com – Sejumlah peristiwa kekerasan yang melibatkan anak-anak, baik sebagai korban maupun pelaku, mencuat dalam beberapa waktu terakhir di Banjarnegara.
Satu per satu kasus muncul, seolah menampar kesadaran kita semua—bahwa anak-anak yang seharusnya bermain dan belajar, justru terseret dalam lingkaran kekerasan.
Yang paling membuat masyarakat terhenyak adalah aksi brutal jalanan yang sempat viral dan kini tengah ditangani oleh Polres Banjarnegara.
Mirisnya, dari tujuh pelaku yang terlibat, tiga di antaranya masih berusia di bawah umur.
Ini bukan sekadar kenakalan remaja biasa. Ini adalah alarm keras yang tak boleh diabaikan.
Tak lama berselang, berita tragis lainnya mencuat.
Seorang ayah tega melukai anak kandungnya sendiri dengan luka sayat yang sangat serius.
Luka itu tidak hanya tertinggal di tubuh sang anak, tetapi juga menoreh luka batin bagi siapa pun yang mendengarnya.
Kekerasan dalam rumah tangga yang melibatkan anak sebagai korban memang menjadi salah satu sisi kelam yang seringkali tersembunyi.
Melihat kondisi ini, Bupati Banjarnegara, dr Amalia Desiana, tak tinggal diam. Ia menegaskan bahwa fenomena meningkatnya kasus kekerasan terhadap anak telah menjadi perhatian serius pemerintah daerah.
“Pemerintah akan bertindak cepat dalam antisipasi, nanti kita akan libatkan semua pihak, mulai dari OPD, aparat penegak hukum, tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pemuda, dan mungkin kita juga akan ajak insan pers untuk ikut terlibat dalam melakukan sosialisasi terhadap masyarakat,” ucapnya tegas.
Bagi Bupati Amalia, penanganan saja tidak cukup. Pencegahan adalah kunci agar luka yang sama tidak kembali terjadi.
Maka, pemerintah daerah berencana menggandeng berbagai elemen masyarakat untuk menyusun langkah bersama.
Sosialisasi dan edukasi akan digalakkan melalui kegiatan sekolah, komunitas pemuda, bahkan lewat media.
“Upaya ini akan kita lakukan, tentu saja kami mengajak semua lapisan masyarakat dalam aksi pencegahan, termasuk untuk tidak takut melapor jika ada korban kekerasan maupun pelecehan terhadap anak,” lanjutnya.
Ia juga menyadari bahwa proses pelaporan sering kali menjadi kendala. Banyak korban atau keluarganya enggan melapor karena takut, malu, atau tidak tahu ke mana harus pergi.
Untuk itu, Bupati Amalia menyebutkan pentingnya terobosan baru dalam format pelaporan korban kekerasan anak.
“Selain untuk keamanan dan kerahasiaan korban, pelaporan yang cepat dan mudah akan membuat penanganan lebih cepat,” tegasnya.
Langkah-langkah yang diambil ini sejatinya bukan hanya untuk menanggulangi krisis sesaat.
Ini adalah upaya membangun fondasi kuat agar anak-anak Banjarnegara bisa tumbuh dengan aman, terlindungi, dan bermasa depan cerah. Karena sejatinya, anak-anak adalah investasi terbesar bagi bangsa.
Kini, semua mata tertuju pada langkah konkret pemerintah. Masyarakat menaruh harapan besar agar tidak ada lagi air mata tumpah karena kekerasan.
Tidak ada lagi anak-anak yang kehilangan arah dan terperosok ke dalam dunia yang seharusnya tidak mereka kenal.
Dan mungkin, di tengah keheningan malam Banjarnegara yang tenang, akan ada satu dua orang tua yang mulai berbicara dengan anaknya, bertanya tentang hari mereka, mendengarkan dengan lebih sabar.
Karena dari sanalah semuanya bisa dimulai—dari rumah, dari cinta, dari kepedulian kita sendiri.***