Berita

Terobosan OJK! Perempuan Disabilitas Diberdayakan Jadi Content Creator

Jatengvox.com – Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menggagas sebuah kegiatan penuh makna: OJK Digiclass Content Creator Penyandang Disabilitas Perempuan.

Sebuah langkah nyata yang menggabungkan semangat emansipasi, literasi keuangan, dan pemberdayaan digital dalam satu panggung pelatihan.

Bertempat di Jakarta, pada Selasa (22/4/2025), kegiatan ini mengusung tema yang inspiratif: “Selalu Berkarya, Berdaya Tak Mengenal Batas”.

Tema tersebut seolah menjadi suara lantang bahwa keterbatasan fisik tak seharusnya menjadi batas kreativitas dan produktivitas.

Dibuka langsung oleh Friderica Widyasari Dewi, Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Pelindungan Konsumen OJK, kegiatan ini menjadi sinyal kuat bahwa OJK benar-benar serius mewujudkan ekosistem jasa keuangan yang inklusif.

“Jadi, Digiclass bukan sesuatu yang hanya hari ini dilakukan, tetapi kami menunjukkan program yang terus menerus dan berkelanjutan. Saya ingin semua lebih berdaya, lebih eksis di masyarakat dengan memberikan konten-konten sosial media yang kreatif dan juga bermanfaat buat masyarakat kita,” ungkap Friderica.

Program OJK Digiclass kali ini bukan sekadar pelatihan biasa. Lebih dari 100 peserta perempuan penyandang disabilitas hadir dan turut serta belajar langsung dari para narasumber yang juga merupakan content creator disabilitas.

Materinya mencakup edukasi seputar produk keuangan, strategi menghadapi modus penipuan finansial, hingga cara menjadi kreator digital yang cerdas dan berdampak.

Kegiatan ini juga menjadi wadah kolaborasi lintas komunitas. OJK menggandeng berbagai pihak seperti Himpunan Wanita Disabilitas Indonesia (HWDI), Koneksi Indonesia Inklusif (KONEKIN), dan Yayasan Rumah Mans.

Suasana penuh semangat terasa selama pelatihan berlangsung—tak hanya menjadi tempat belajar, tetapi juga ajang membangun jaringan dan solidaritas antarperempuan disabilitas dari berbagai penjuru.

Menariknya, turut hadir dalam acara tersebut Komisioner Komisi Informasi Pusat Bidang Advokasi, Sosialisasi dan Edukasi, Samrotunnajah Ismail.

Ia menyambut baik kegiatan ini sebagai bagian dari wujud komitmen OJK sebagai Badan Publik Informatif.

Dalam sambutannya, ia mengatakan, “OJK memberikan banyak bantuan, membuatkan forum bagaimana kita bisa memperoleh ilmu tambahan yang bisa membangun kapasitas, juga bisa berdaya guna untuk memanfaatkan hasil dan menghasilkan tambahan penghasilan.”

Angka-angka faktual menjadi pengingat bahwa masih banyak yang harus dikejar dalam hal akses keuangan bagi penyandang disabilitas.

Berdasarkan data Susenas 2023, hanya 24,3 persen penyandang disabilitas berusia 15 tahun ke atas yang memiliki rekening di lembaga keuangan formal.

Sementara itu, hanya 14 persen rumah tangga dengan anggota disabilitas yang memiliki akses ke kredit—jauh lebih rendah dibandingkan rumah tangga non-disabilitas yang mencapai 20 persen.

Kesadaran atas kesenjangan ini membuat OJK tidak tinggal diam. Sebelumnya, lembaga ini telah meluncurkan Pedoman Akses Pelayanan Keuangan untuk Disabilitas Berdaya atau Setara, sebagai turunan dari POJK 22 Tahun 2023 tentang Pelindungan Konsumen.

Pedoman ini dirancang agar seluruh pelaku usaha sektor keuangan memiliki acuan jelas dalam menyediakan layanan yang setara bagi penyandang disabilitas.

Tak hanya itu, OJK juga menggulirkan Gerakan Nasional Cerdas Keuangan (GENCARKAN) dengan target ambisius: meningkatkan penggunaan produk keuangan oleh 30 persen kelompok disabilitas hingga tahun 2025.

Langkah-langkah konkret ini menunjukkan bahwa inklusi bukan sekadar jargon, tapi benar-benar diupayakan melalui program strategis dan berkesinambungan.

Melalui Digiclass, OJK berharap dapat melahirkan para content creator yang bukan hanya aktif di media sosial, tetapi juga punya peran besar dalam mendongkrak literasi dan inklusi keuangan masyarakat.

Sebab di era digital ini, konten bisa menjadi jembatan edukasi yang efektif dan personal.

Kartini masa kini memang tak harus berjuang melawan penjajah. Namun perjuangan melawan ketertinggalan akses, diskriminasi informasi, dan ketimpangan sosial tetap menjadi medan tempur yang nyata.

Maka, semangat “berkarya tanpa batas” dalam kegiatan ini bukan hanya slogan. Ia adalah manifestasi bahwa semua perempuan—termasuk yang menyandang disabilitas—punya hak untuk bersuara, berkarya, dan berdampak.

Di akhir pelatihan, banyak peserta yang tampak antusias. Bukan hanya karena mereka mendapat ilmu baru, tapi juga karena mereka merasa diakui, didengar, dan diberdayakan.

Siapa tahu, dari kegiatan sederhana ini, kelak lahir nama-nama besar di dunia content creation yang berasal dari komunitas yang selama ini termarginalkan.

Dan ya, perjuangan Kartini nyatanya belum selesai. Tapi hari ini, langkah itu kembali diteruskan—dengan kamera, ponsel, dan semangat digital dari para perempuan luar biasa.***

jatengvox

Recent Posts

Alyssa Daguise & Al Ghazali Siap Menikah Juni 2025, Sudah Fitting Baju hingga Dapat Nasihat Rumah Tangga

Jatengvox.com - Pasangan selebriti yang kerap bikin netizen baper, Alyssa Daguise dan Al Ghazali, kini…

33 menit ago

Asam Urat Bisa Menyerang Usia Muda, Ini Cara Mencegahnya Sejak Dini

Jatengvox.com - Asam urat sering kali dianggap sebagai penyakit orang tua. Namun, tren gaya hidup…

2 jam ago

Olahraga Ringan di Rumah untuk Jaga Stamina dan Kesehatan Jantung

Jatengvox.com - Menjaga kesehatan jantung tidak selalu harus dilakukan dengan olahraga berat atau pergi ke…

3 jam ago

Kenali 7 Tanda Awal Masalah Ginjal yang Sering Diabaikan

Jatengvox.com - Ginjal merupakan organ vital yang berperan penting dalam menyaring limbah dan kelebihan cairan…

3 jam ago

Benarkah Daging Merah Penyebab Utama Asam Urat? Ini Fakta Medisnya

Jatengvox.com - Asam urat adalah kondisi yang sering kali dianggap hanya disebabkan oleh konsumsi daging…

3 jam ago

Patung Biawak di Wonosobo Ini Sukses Bikin Netizen Takjub, Mirip Hewan Asli Banget

Jatengvox.com - Kalau kamu sempat melintas di jalan nasional Wonosobo-Banjarnegara belakangan ini, siap-siap dibuat melongo.…

5 jam ago